Selasa 10 Jan 2017 14:00 WIB

Spudnik Sujono, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian: Ada Petani yang tak Mau Panen

Red:

Apa sebenarnya penyebab harga cabai, terutama cabai rawit, naik di sejumlah daerah di Indonesia?

Bukan kendala di pertanaman. Terkait pertanaman, saya kawal ketat sekali. Produksinya ada, tetapi memang petani tidak mau panen karena musim hujan. Kami tidak menyalahkan iklim, tetapi cuaca tidak bisa dihindari, apalagi untuk cabai rawit yang lebih rentan terhadap musim hujan.

Adanya La Nina ini memberi dampak berkurangnya produksi petani. Karena risiko tersebut, mereka menaikkan harga. Sebenarnya, pada kondisi normal, break-even point (BEP) cabai rawit adalah Rp 17 ribu per kg. Namun, pada kondisi saat ini BEP 30, naiknya dua kali lipat. Ya, sekarang kita maklumi.

Tetapi, yang susah itu retail yang di ujung, yang menjual dengan gerobak-gerobak itu. Mereka jual berapa, kita tidak tahu. Susah dikontrol.

Bagaimana solusi Kementan untuk mengatasi harga cabai rawit yang tinggi?

Dari kami sendiri untuk mengatasi ketersediaan produksi cabai dengan melakukan manajemen tanam. Dengan begitu, panen cabai akan selalu tersedia. Kami juga sejak September 2016 telah menyarankan para petani di daerah untuk menggunakan benih cabai unggul. Benih cabai tersebut merupakan varietas yang mampu tahan dengan hujan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian juga menyiapkan benih sesuai dengan ekosistem masing-masing daerah. Tapi kan kita tidak bisa memaksa petani.

Kami juga menyiapkan buffer zone di Sumatra dan Kalimantan agar tidak mengambil cabai dari Pulau Jawa saja. Di sana akan didorong untuk memproduksi cabai yang dapat memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut. Indonesia timur sudah aman seperti Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Maluku, produksi cabainya sudah stabil. Kita di sini ramai-ramai, padahal di Indonesia timur harga cabai baik-baik saja.

Bagaimana untuk penggunaan cold storage?

Penggunaan cold storage atau penyimpanan pendingin bisa dilakukan untuk cabai meski tidak sebaik bawang. Untuk cabai, begitu cold storage dibuka, cabai akan mudah rusak sehingga harus segera dijual atau dimanfaatkan.

Secara umum, berapa kebutuhan cabai rawit di Indonesia?

Kebutuhan cabai rawit di Indonesia hanya 1,26 kg per kapita per tahun atau 0,105 kg per kapita per bulan atau hanya 35 gram per kapita per hari. Mungkin hanya berapa biji sih, 10 maksimal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, bisa memanfaatkan pekarangan yang ada. Setiap rumah tangga menanam pohon cabai untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Saran saya harusnya hotel, restoran, dan katering (horeka) bisa menyubstitusi cabai rawit merah dengan cabai keriting yang lebih banyak dan dengan harga yang masih relatif normal di kisaran Rp 15 ribu sampai Rp 30 ribu per kg di petani. Bahkan, harga cabai keriting di petani ada yang mencapai Rp 10 ribu per kg.

Sambil menunggu iklim bersahabat. Praktiknya mereka pakai. Seperti restauran masakan Padang yang menggunakan cabai keriting untuk membuat rendang. Kalau rawit, semua pedas sekali.      Oleh Melisa Riska Putri, ed: Muhammad Iqbal

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement