Jumat 11 Jul 2014 14:21 WIB

Euforia Jokowi-JK di Kampung Pecinan Makassar

Red:

"Kamsia, kamsia, makasih bos sudah datang. Makasih, makasih."

Begitu Anthon Obey menyapa orang-orang yang berdatangan. Interaksi tersebut tidak terjadi pada pesta perkawinan dan Pak Tua Anthon juga bukan ayah mempelai pengantin. Kejadian itu berlangsung di sebuah tempat pemungutan suara (TPS) pada hari pemilihan presiden, 9 Juli lalu.

Anthon adalah tokoh di lingkungan Kampung Pecinan, Kelurahan Patunuang, Kecamatan Wajo, Makassar, Sulawesi Selatan. Dia berterima kasih kepada warga yang datang untuk memilih. Anthon mengekspresikan rasa senangnya dengan lambaian tangan. Sesekali dia menyempatkan menjabat tangan dan menyapa mereka dalam bahasa Hokkien.

Perbincangan Republika dan lelaki 65 tahunan itu pun sesekali terhenti karena kesibukan Anthon berinteraksi dengan warga. Raut wajah Anthon semringah hari itu. Wajar memang, dia adalah bagian dari tim pemenangan pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK). Pada hari pencoblosan, Anthon yakin mayoritas warga memilih kandidat yang dia jagokan.

Anton lalu menceritakan alasan dia dan sebagian besar warga Tionghoa di sana memilih Jokowi-JK. Anthon mengaku memiliki banyak alasan menjatuhkan pilihan pada kandidat nomor urut dua itu. Menurut dia, Indonesia butuh pemimpin yang terjun ke bawah. Pemimpin seperti itulah yang menurut dia dapat merasakan apa yang dibutuhkan rakyat. Dia juga setuju dengan gagasan "Revolusi Mental" yang diusung Jokowi-JK.

"Indonesia sekarang dipimpin pemerintah mafia, sementara masyarakat terkotak-kotakan dalam konflik horizontal. Kita butuh perubahan. ‘Revolusi Mental’ itu sama dengan konsep Bung Karno tentang nation and character building," tutur Anthon dengan antusias.

Selain itu, Anthon melanjutkan, alasan lain banyak warga memilih Jokowi-JK disebabkan rasa kurang senang mereka terhadap sosok Prabowo. Diceritakan Anthon, orang-orang Tionghoa di Pecinan Patunuang masih ingat tragedi 1998. Ketika itu, mereka mendapat intimidasi, sementara rumah dan tempat usaha mereka dirusak. "Mereka masih menyimpan trauma itu," ujar dia.

Di kawasan Pecinan, Kelurahan Patunuang, tinggal sekitar 4.300 jiwa yang 70 persennya merupakan etnis Tionghoa. Pada pilpres kali ini, total calon pemilih terdaftar berjumlah 3.574 jiwa. Hal yang unik, delapan TPS berada di satu gedung sekolah, maka tumpah-ruahlah warga berdatangan ke gedung serupa aula besar tersebut.

Hingga lewat tengah hari, orang-orang masih ramai berdatangan. Sebagian besar adalah warga keturunan Tionghoa. Itu tampak dari kulit kuning langsat, mata sipit, dandanan, maupun dialek mereka yang khas ketika berbicara. Salah seorang warga Tionghoa yang menggunakan hak pilihnya adalah Vinelia.

Perempuan berusia  30-an tahun itu agak malu-malu ditanya soal pilihannya. "Nggak usah sebut nama, ya? I stand on the right side," ujar Vinelia serta menyungging senyum, mengutip jargon para pendukung Jokowi-JK yang populer di media sosial.

Bagi Vinelia, duet Jokowi-JK adalah pasangan serasi. Dia mengaku pernah tinggal di Jakarta dan tahu perjuangan Jokowi menata Ibu Kota. Dia juga mengidolakan JK dan menyebutnya berjasa besar dalam memajukan Makassar. "Kalau dulu apa-apa Jawa, ketika Pak JK menjadi wapres, barulah wilayah Timur Indonesia lebh diperhatikan," tutur dia.

Delapan TPS di gedung SMP N 5 Makassar ditutup serentak pada pukul 01.00 WITA. Seketika itu juga panitia langsung membongkar kotak suara lalu melakukan penghitungan. Hasilnya persis seperti yang diharapkan Anthon, pasangan Jokowi-JK menang telak di delapan TPS di sana.

Total suara di delapan TPS berjumlah 1.860 suara. Dari jumlah tersebut, Jokowi-JK dipilih oleh 1.647 warga atau 88,5 persen, sementara Prabowo-Hatta hanya mendapat 205 suara atau 11 persen. Sementara itu, surat suara yang rusak dan tidak sah berjumlah delapan lembar.

Jika memang terpilih, kepada Jokowi-JK, Vinelia berharap mereka bisa mewujudkan perubahan yang dijanjikan. Secara khusus, dia berharap mereka bisa merawat kebebasan dan keadilan. "Sebagai kaum minoritas, kami tidak ingin lagi dibeda-bedakan," ujar dia.

Meski begitu, Lurah Patunuang, Harun Rani, menyesalkan partisipasi warganya yang tergolong rendah, yakni hanya 52 persen. Harun tidak begitu tahu mengapa separuh warga pemegang suara lainnya tidak turut mencoblos. Namun, Harun mengaku tetap senang pemilihan di tempatnya berlangsung lancar dan aman.

Pasangan Jokowi-JK tidak hanya menang telak di Putunuang, tapi juga di Kota Makassar. Laporan penghitungan resmi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Makassar menunjukkan pasangan Jokowi-JK unggul sampai 70,36 persen. Data tersebut diketahui dari laporan panitia pengawas lapangan (PPL) melalui formulir C1.

Di Kota Makassar, jumlah pemegang hak suara dalam daftar pemilh tetap (DPT) tercatat 1.005.446. Sementara, partisipasi pemilih mencapai 627.641 atau 62 persen. Dari jumlah tersebut, 439.073 pemegang hak suara menjatuhkan pilihan terhadap Jokowi-JK. Sementara, duet Prabowo-Hatta hanya memperoleh 185.245 suara.

Pasangan Jokowi-JK menang di 16 kecamatan, atau berarti seluruh kecamatan di Kota Makassar. Menurut Ketua Panwaslu Kota Makassar, Amir Ilyas, data yang diperoleh itu belum termasuk suara dari 22 TPS yang belum memasukkan data. Total ada 2.510 TPS di Kota Makassar. "Sebanyak 22 TPS tersebut berada di tiga pulau yang aksesnya masih terkendala," ujar Amir saat  ditemui di kantornya, Kamis (10/7).rep:c54 ed: andri saubani

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement