Sabtu 16 Aug 2014 16:35 WIB

344 Bayi Lahir di Pengungsian

Red: operator

GAZA -- Sebanyak 344 bayi Palestina lahir di pengungsian PBB di Jalur Gaza. Informasi ini dirilis oleh Badan Pengungsi PBB (UNRWA) pada Kamis (14/8). Bayi-bayi yang baru dilahirkan itu kini telah memulai kehidupannya sebagai pengungsi di tengah- tengah kehancuran Gaza. Banyak orang tua yang kesulitan untuk menemukan pakaian layak serta berbagai kebutuhan penting bagi bayi-bayi mereka.

Selama pertempuran di Gaza berlangsung, ratusan ribu warga Palestina harus meng ungsi. UNRWA mengatakan, banyak dari mereka yang rumahnya telah hancur. Salah satu dari wanita yang melahirkan saat pertempuran di Gaza mengatakan bahwa bayi perempuannya lahir hanya beberapa jam sebelum rumahnya terkena bom Israel.

Ibu dari keluarga Abu Adwan ini mengungkapkan, saat hendak melahirkan, ia lang- sung dibawa ke sekolah yang menjadi tempat pengungsian warga Gaza. "Saat itu saya ketakutan, bayi ini akan segera lahir, namun suasana masih sangat mencekam akibat pertempuran. Saya langsung di bawa ke pengungsian terdekat," ujar ibu tersebut, seperti dilansir Ma'an News, Kamis (12/8).

Kelahiran bayi-bayi ini tetap disambut gembira oleh para ibu dan banyak warga Palestina. Setelah kelahiran bayi-bayi itu, banyak warga yang datang mengunjungi tempat pengungsian. Mereka datang untuk mendoakan bayi-bayi tersebut sekaligus sebagai rasa syukur atas kelahiran generasi baru Palestina itu dengan selamat.

Selain itu, Otoritas Air Palestina mengatakan, kerugian pada kerusakan saluran air mencapai 34,4 juta dolar AS akibat serangan militer Israel.

Kerusakan infrastruktur di Gaza dalam skala besar terlihat semakin jelas dalam dua pekan terakhir ini. Selama masa gencatan senjata sementara ini berlangsung, tim pemerintah memeriksa setiap ke rusakan yang ada.

Pihak berwenang memerinci, sekitar 11 sumur air benar-benar hancur total dan sekitar 15 lainnya hancur sebagian. Sementara itu, 17 km dari saluran pasokan air hancur total dan 29 lainnya rusak sebagian. Tak hanya itu, kerusakan juga terjadi pada lima wadah air yang kini hancur total dan 11 kontaioner air rusak sebagian hingga rusak parah.

Untuk memulihkan sektor pelayanan air bersih untuk Gaza, dibutuhkan anggaran sekitar 620 juta dolar AS. Sekitar 140 juta dolar AS telah disediakan oleh pendonor untuk digunakan perbaikan infrastruktur air, proyek pengolahan limbah, dan proyek jang ka pendek hingga menengah.

Pembangkit listrik juga menjadi salah satu fasilitas yang hancur. Warga Gaza juga mengalami masalah dengan kelangkaan bahan bakar minyak untuk menghidupkan generator-generator cadangan listrik. "Yang paling mendesak membutuhkan generator cadangan adalah rumah sakit rumah sakit," kata staf Disaster Risk Management PKPU Diantika kepada Republika, Jumat (15/8).

Ribuan warga Gaza yang terluka akibat serangan Israel, Diantika mengungkapkan, menyebabkan rumah sakit- rumah sakit selalu dipadati pasien. Rumah sakit pun tidak mampu memberikan pelayanan medis maksimal mengingat tidak berfungsinya pembangkit listrik.

Gerbang Rafah Pemerintah Mesir telah memilih untuk mempertahankan menutup perbatasan Rafah menuju Jalur Gaza yang terkepung. Langkah ter sebut semakin menambah penderitaan rakyat Palestina, yang terjebak di tengah serangan brutal Israel. Perbatasan Rafah terletak di perbatasan internasional antara Mesir dan Jalur Gaza. Ini merupakan satu-satunya gerbang Gaza ke dunia luar.

Perbatasan tersebut dinilai dari persoalan bertahannya hidup rakyat Palestina dan tidak boleh tunduk pada apa yang disebut negosiasi. rep:c66/elba damhuri/c73, ed:andri saubani

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement