Selasa 03 Jan 2017 17:00 WIB

Waspadai Flu Burung dari Cina

Red:

JAKARTA -- Pemerintah mengeluarkan imbauan kehati-hatian (travel advice) bagi warga Indonesia yang akan bepergian ke Cina. Ini terkait merebaknya kasus flu burung di Cina dalam sebulan terakhir. Virus flu burung (H7N9) di Cina sudah menewaskan dua warga.

Terkait potensi mewabahnya flu burung di Cina tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta WNI berhati-hati jika hendak bepergian ke negeri Tirai Bambu tersebut. "Upaya kami adalah pencegahan, yakni lewat travel advice. Kami menyarankan masyarakat yang bepergian ke Cina lebih berhati-hati," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Muhammad Subuh kepada Republika, Selasa (2/1).

Ia menegaskan, walaupun merebak di Cina, warga Indonesia tetap berpeluang tertular virus tersebut. Terutama, melalui medium individu yang baru melakukan perjalanan ke Cina dan bersentuhan dengan unggas di negeri tersebut.

Hingga saat ini, Kemenkes mengklaim, belum mendapat laporan individu yang tertular virus H7N9 di Indonesia. Kemenkes pun belum melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan travel warning ke Cina. Namun, Kemenkes menyatakan, sudah memberikan informasi terkait H7N9 kepada sejumlah otoritas bandara dan pelabuhan.

Subuh mengatakan, masyarakat yang baru pulang dari bepergian ke Cina tetap diminta menjaga kesehatan dan mengendalikan kondisi badan saat kembali ke Indonesia. Warga yang baru kembali dari Cina disarankan melakukan cek kondisi kesehatan setelah mendarat atau setelah beberapa hari berada di Indonesia.

Menurut Subuh, para pelancong diminta segera memeriksakan kesehatan jika merasakan gejala penularan virus flu burung setelah kembali dari perjalanan ke luar negeri. "Jika merasakan demam tinggi, batuk, dan sesak nafas, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan," kata Subuh menegaskan.

Penularan virus H7N9 dapat terjadi melalui sesama manusia ataupun melalui unggas. Kemenkes menyarankan, masyarakat lebih menjaga kebersihan badan dan mencuci tangan setelah bersentuhan dengan unggas.

Kasus baru

Otoritas kesehatan Provinsi Jiangxi, Cina Selatan, mengonfirmasi kasus baru virus flu burung H7N9 pada manusia pada 31 Desember 2016. Berdasarkan laporan kantor berita Xinhua, pria berusia 53 tahun itu masih dalam kondisi kritis dan tengah dirawat di rumah sakit di ibu kota provinsi, Nanchang.

Setidaknya ada 17 warga terjangkit virus flu burung selama musim dingin ini di Cina. Dua di antaranya dikabarkan tewas. Wabah flu burung cukup besar di pulau utama Cina sebelumnya terjadi sejak akhir 2013 hingga awal 2014. Insiden itu menewaskan 36 orang dan menelan kerugian hingga 6 miliar dolar Amerika Serikat di sektor pertanian.

Pemerintah Cina telah membakar lebih dari 170 ribu unggas di empat provinsi sejak Oktober. Petugas juga telah menutup beberapa pasar unggas hidup, khususnya yang terinfeksi virus flu burung. Kementerian Pertanian Cina mengatakan, wabah flu burung yang baru saja terjadi telah ditangani dengan tepat dan efektif. Alhasil, virus flu burung tidak terus tersebar luas. Wabah juga dinilai tidak mempengaruhi harga dan stok produk unggas.

Tak hanya Cina, Iran juga telah memusnahkan ratusan ribu unggas dalam pekan terakhir bulan lalu. Hal itu dipicu menyebarnya flu burung di tujuh provinsi negara itu.

Kantor berita IRNA mewartakan, 63 ribu ayam bersama 800 ribu butir telur yang sudah dibuahi dan anak ayam umur sehari dimusnahkan di sebuah peternakan di Provinsi Qazvin pada akhir bulan lalu. Selain itu, 725 ribu unggas sudah dimusnahkan sejak pertengahan November.

Wabah flu burung yang merebak sejak November tahun lalu juga memicu pemusnahan ratusan ribu unggas di Jepang, Korea Selatan, Montenegro, dan Hungaria.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Dirjen P3 Kemenkes, Wiendra Waworuntu, menerangkan,  hingga 30 Desember 2016, WHO mencatat 809 kasus penularan virus H7N9 pada manusia. Sebagian besar kasus menunjukkan riwayat kontak antara manusia dan unggas yang terinfeksi atau lingkungan yang telah terkontaminasi virus itu.

"Meski ditemukan beberapa klaster kecil, berdasarkan bukti epidemiologi dan virologi menunjukkan bahwa sampai sekarang virus ini belum mempunyai kemampuan bertransmisi efektif antarmanusia," ujar Wiendra dalam keterangan tertulisnya kepada Republika, kemarin.

Karena itu, risiko persebaran virus H7N9 secara internasional pun masih terbilang rendah. Berdasarkan beberapa laporan, tercatat ada sejumlah kasus infeksi pada individu di luar Cina. "Namun, semua kasus diketahui mendapatkan infeksi di Cina dan tidak ada penyebaran lokal di negara yang bersangkutan," tutur Wiendra.

Dia menjelaskan, virus H7N9 adalah kelompok virus influenza yang bersirkulasi di unggas atau burung. Virus influenza ini merupakan salah satu subkelompok virus H7. Meskipun beberapa virus H7 pernah menginfeksi manusia, misalnya H7N2, H7N3 atau H7N7, tetapi virus H7N9 dilaporkan belum pernah menginfeksi manusia. Infeksi H7N9 pertama kali tercatat di Cina pada April 2013.

Menurut Wiendra, hingga kini belum diketahui bagaimana  mekanisme virus H7N9 menginfeksi manusia. Infeksi pada manusia diduga terjadi akibat mutasi virus yang terjadi saat migrasi musim semi unggas air di sekitar Danau Qinghai, Chiba. Sebab, hasil analisis genotipe virus memperlihatkan kemampuan adaptasi pertumbuhan virus pada mamalia.

"Gejala utama tertular virus ini adalah pneumonia berat, yakni demam, batuk, napas pendek. Hingga kini, belum tersedia vaksin dan obat antiviral yang efektif untuk mengatasi infeksi virus H7N9," kata Wiendra. rep: Dian Erika Nugraheny  antara ed: Fitriyan Zamzami

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement