Jumat 19 Aug 2016 18:00 WIB

MAHOUT, Sang Pawang Gajah

Red:

Mahout adalah istilah yang digunakan secara internasional untuk pawang gajah. Mahout sendiri diserap dari bahasa Hindi (mahaut) dan bahasa Sansekerta (mahamatra). India, Sri Langka, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Indonesia juga menggunakan sebutan kata mahout untuk mengistilahkan profesi pawang gajah.

Seorang mahout tidak hanya bertugas sebagai pengasuh dengan memberi makan, memandikan, dan melatih gajah. Seorang mahout juga bertugas melakukan pengamatan sehari-hari memantau kesehatan gajah.

Pengamatan sehari-hari juga untuk mengidentifikasi 'bakat terpendam' yang dimiliki gajah. Apakah gajah tersebut berbakat di bidang patroli penghalauan gajah dan perlindungan lahan pertanian, gajah wisatawan atau bahkan gajah yang berbakat di bidang hiburan di arena sirkus.

Mahout mempunyai tanggung jawab besar dalam merawat gajah. Satu gajah hanya bisa diperintah oleh satu atau dua mahout. Gajah ini harus dilatih oleh satu atau dua mahout sejak kecil. Pergantian mahout hanya dilakukan kalau sang mahout mengundurkan diri atau gajahnya mati.

Menjadi seorang mahout juga bukanlah tugas yang ringan. Risiko gajah asuhannya yang mengamuk, hingga datangnya gajah liar ke permukiman dan ladang warga selalu mengancam. Di sisi lain, mahout harus memperlakukan sang gajah layaknya anggota keluarganya sendiri. Mahout pun harus memperlakukan gajah-gajah yang ada di alam liar dengan kasih sayang.

Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan gajah, PLG Way Kambas mulai mendatangkan beberapa mahout dari Thailand, lengkap dengan gajah latih yang juga didatangkan dari sana. Materi pelajaran pelatihan gajah tersebut dibagi menjadi beberapa materi pokok, seperti penangkapan gajah liar, pengerungan atau penjinakan, pelatihan kemampuan sirkus dan patroli.

Ada hal yang menarik dari proses interaksi manusia dan gajah tersebut.  Gajah dan para mahoutnya bagaikan sepasang sepatu yang selalu bersama. Sebuah pemandangan yang unik jika mahout memperlakukan gajahnya seperti anak sendiri hingga menganggapnya seperti manusia, dengan mengajaknya berbicara dan bercerita tentang kehidupan sehari-hari.   Foto dan Teks, Oleh Nico Kurnia Jati

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement