Praaaang!
"Aduuuuh!" jerit kesakitan melolong dari mulut Frankie. Buuug!
Sebuah vas bunga kristal sukses mendarat di jidatnya.
"Awaaaaas kamu, ya, betina liar!"
Inilah pertama kalinya Fatin melakukan perlawanan hebat disaksikan langsung oleh anaknya semata wayang. Selama ini peperangan selalu berlangsung di dalam kamar, didominasi oleh si jahanam.
Fatin berhasil meraih pisau besar dari dapur. Ia pun sukses melindungi si kecil dari jangkauan lelaki yang mulai tampak mundur dan cemas.
"Minggiiiir! Minggiiiir!" teriak Fatin, tangan kiri menuntun si kecil.
Sementara tangan kanannya mengamangkan pisau besar ke arah Frankie.
"Apa…, apa yang hendak kamu lakukan?" tanya lelaki itu cemas.
"Kalau bukan kami yang mati, maka kamulah yang harus mampus!" desis Fatin.
"Hati-hati…., aduh! Itu tajam sekali, Darling, please….," bujuk Frankie.
"Minggiiiir! Jangan dekatdekat!" Fatin melintasi lelaki itu dengan bimbang.
Ia pun belum tahu apa yang hendak dilakukannya setelah keluar dari neraka ini.
Bahkan dokumennya, paspor dan visa atas namanya dan anaknya belum ditemukan.
Apapun itu, pikirnya, yang penting harus keluar dulu dari tempat ini!
"Mana kunci mobil! Serahkan!" tuntutnya seraya mengamangkan pisau itu ke wajah Frankie.
Di sinilah ia melakukan satu kesalahan yang nyaris berakibat fatal.
Jaraknya terlalu dekat dengan lelaki itu.
Satu tendangan telak dari kaki lelaki itu berhasil meruntuhkan secercah asa yang sempat singgah di dada Fatin. Buuug!
Tendangan itu tepat mengenai perutnya. Fatin mengaduh, seketika tersungkur, kepalanya membentur ujung meja.
Rasa sakit menyengat bagian belakang kepalanya. Saat kesakitan itulah Frankie menyeretnya kembali sekaligus bersama si kecil.
"Dengar, betina sial! Aku masih baik-baik kepadamu. Aku tidak akan membunuhmu sampai puas memanfaatkan dirimu.
Boleh jadi aku akan menjual kamu dan anakmu kalau aku sudah bosan. Paham!" ceracaunya seraya menginjak perut Fatin kuat-kuat.
Fatin nyaris muntah, tetapi sekuatnya ditahannya agar tidak mengeluh.
"Bagus, kamu paham sekarang!"
Plaaak! Plaaak! Plaaak!
Entah berapa tamparan keras mendarat di pipi-pipinya yang sudah tirus dan biru lebam.
"Kalian memang tak bisa dikasih hati!" dengus Frankie.
"Hmm, aku ada acara dengan teman-teman…."
(Bersambung)