JAKARTA -- Unit Usaha Syariah PT Bank DKI berhasil mencatat kinerja yang cemerlang sepanjang 2014. Hingga akhir Juli, Unit Usaha Syariah (UUS) Bank DKI berhasil meraup laba setelah pajak senilai Rp 54 miliar. Hingga akhir Juni, UUS Bank DKI meraih laba sebesar Rp 49 miliar atau meningkat hampir 55 persen dari periode semester I 2013, yaitu Rp 31 miliar.
Direktur Korporasi dan Syariah Bank DKI Mulyatno Wibowo mengatakan, sepanjang tahun ini UUS Bank DKI memang mencatat angka signifikan. "Hingga Juli, aset syariah telah mencapai Rp 2,83 triliun, sementara target perseroan 'hanya' Rp 2,87 triliun," tuturnya kepada Republika, Rabu (13/8).
Begitu juga dengan pembiayaan yang telah mencapai Rp 2,65 triliun. Padahal, target awal induk usaha hanya Rp 2,7 triliun.
Satu hal yang menggembirakan, kata Mulyatno, saat ini dana pihak ketiga (DPK) telah berhasil melewati target yang ditetapkan. Pada awal 2014 target DPK hanya Rp 1,39 triliun, tapi saat ini telah mencapai Rp 1,89 triliun.
Sementara, untuk laba, kinerja UUS sudah sesuai ekspetasi. Target awal laba harus mencapai Rp 100 miliar, sedangkan hingga akhir Juli telah sampai di angka Rp 54 miliar.
Ia mengatakan, keberhasilan ini karena induk sendiri memberi keleluasaan bagi usaha syariah untuk memperluas bisnis. Tak hanya mengejar pembiayaan ritel, UUS DKI pun berhasil masuk ke proyek Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Selain itu, UUS Bank DKI juga berhasil menyokong pembiayaan korporasi ke perusahaan berkualitas. Karena, tutur dia, UUS Bank DKI hanya bisa membiayai perusahaan yang memiliki kondisi neraca keuangan yang baik.
Di sisi lain, UUS Bank DKI juga menggandeng koperasi dari perusahaan-perusahaan besar. Tak heran, DPK pun melonjak dengan sangat cepat. ''Pada akhirnya, kami berharap UUS bisa terus optimal, sehingga jika suatu saat dilepas (spin off) makin berkembang pesat,'' tuturnya.
Mulyatno Wibowo menyatakan per seroan tak ingin melakukan kesalahan ketika melepas anak usaha syariah. Karena ada beberapa bank yang setelah melakukan spin off terhadap UUS, kinerja anak usaha itu malah memburuk.
Oleh karena itu, perseroan memiliki target tersendiri. Minimal, menurut dia, aset UUS DKI telah mencapai Rp 5 triliun dengan modal Rp 1 triliun atau masuk Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I.
Kategori lainnya pembiayaan bermasalah tak boleh lebih dari dua persen. Kemudian telah memiliki sumber daya manusia dan infrastruktur.
Untuk mencapai itu, induk saat ini memberikan keleluasaan perusahaan untuk ber kembang. Tak heran saat ini pembiayaan lebih merata, baik ritel, korporasi maupun KPR. ed:irwan kelana rep:ichsan emrald alamsyah ed: irwan kelana