Pelopor teknologi komputer IBM berusaha terus berinovasi dalam sistem bisnis terintegrasi agar dunia bisnis makin kompetitif. Ini dilakukan sebagai upaya memenuhi permintaan pasar dan dunia usaha yang menginginkan kemudahan dan efesiensi.
"Berkembangnya Cloud, Big Data-analytic, mobile dan sosial ini mengakibatkan adanya beban kerja baru, proses bisnis, dan terciptanya teknologi yang menuntut teknologi informasi untuk terus berkembang," ujar Presiden Direktur IBM Indonesia Gunawan Susanto, saat konferensi pers "Technology Conference & Expo 2014", Selasa (17/6).
Setelah lebih dari 50 tahun, IBM, menurutnya, terus menyesuaikan tuntutan zaman dengan sistem komputer yang memenuhi segala kebutuhan industri maupun perkantoran. Salah satu upayanya dengan membuka sektor bisnis baru untuk layanan Cloud dan Big Data. Lantaran kebutuhan industri berbagai bidang harus dipenuhi dengan kapasitas data yang sangat besar dan pengolahan data secara vitual berbasis Cloud.
Pada bidang server, IBM tetap merilis jajaran server termutakhir dengan seri Power8, sebuah sistem yang dirancang guna memenuhi kebutuhan era Big Data.
Pada dekade terakhir ini, Power8 adalah kemajuan pertama yang benar-benar berpengaruh pada bidang teknologi server kelas atas dengan perubahan teknologi yang radikal dan dukungan penuh ekosistem server. "Hal ini akan mengantarkan kita ke dunia baru yang dipenuhi berbagai kerumitan dan volume data yang besar," ujar Country Manager STG IBM Indonesia Al Novam Basuki.
Momen AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang tinggal setahun lagi juga menjadi motivasi IBM untuk mendukung perusahaan Indonesia agar tak kalah bersaing dengan perusahaan asing. Sebab, ulas Gunawan, teknologi informasi, termasuk dari IBM, bisa membantu perusahaan memenangkan bisnis dengan menawarkan layanan yang berbeda dan unik. "Yang penting adalah infrastruktur TI perusahaan harus kuat," paparnya.
Terkait dinamika tadi, Director Software Marketing, STG, IBM Scott Firth mengungkap hasil studi IBM Global Infrastructure yang melibatkan 750 perusahaan berbagai skala dan industri di dunia. Katanya, sebanyak 70 persen perusahaan menganggap infrastruktur TI penting untuk meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan. Namun, kurang dari 10 persen yang infrastruktur TI-nya sudah benar-benar siap untuk menjawab era Cloud, Big Data & Analytics, mobile dan sosial.
Data yang dikumpulkan Firth selama Februari tahun ini juga mengungkapkan, 62 persen perusahaan akan menambah belanja infrastruktur TI-nya dalam 12 - 18 bulan ke depan. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka, sekitar 78 persen, ternyata tidak memiliki roadmap strategi infrastruktur yang terdefinisi dengan baik. "Ada kesenjangan besar antara rencana dan strategi perusahaan," kata Firth. rep:indah wulandari ed:khoirul azwar