Hanya tampak gambar berwarna hitam dan putih dengan ukuran layar yang tidak terlalu lebar. Berbungkus kayu yang telah dihaluskan dengan tebal mencapai 20 sentimeter. Meski sesederhana itu, televisi hitam-putih tersebut sempat menjadi alat penghasil informasi favorit pada masanya.
Seiring berkembangnya teknologi, televisi pun tak pernah berhenti berevolusi. Sejak munculnya plasma TV yang kemudian diperbaharui menjadi TV LCD dan TV LED, kini televisi menjelma menjadi sosok yang tak pernah terbayang sebelumnya.
Dengan tebal yang hanya 4 milimeter, jenis televisi organic light emitting diode (OLED) atau diode cahaya organik merupakan jenis teknologi terbaru di dunia pertelevisian. Televisi OLED tersebut berhasil merebut banyak perhatian dan menimbulkan tanda tanya besar lantaran bentuknya yang sangat tipis tetapi mampu menghasilkan gambar yang sangat tajam dengan warna yang cemerlang.
Masyarakat mungkin sering mendengar mengenai light emitting diode (LED) dan melihatnya digunakan sebagai lampu latar belakang (backlight) pada TV atau perangkat elektronik lainnya. Tetapi, karena OLED bersifat organik, maka tidak lagi membutuhkan backlight. Hal inilah yang menjadi jawaban atas pertanyaan mengapa televisi tersebut bisa sangat tipis.
Tak hanya itu, karena tidak membutuhkan lampu latar belakang, TV jenis ini juga lebih hemat energi. "Karena semikonduktor pemancar cahaya terbuat dari lapisan organik, otomatis lebih hemat listrik," ujar Product Marketing Head TV Departement LG, Terry Putra Santoso, kepada Republika.
Banyak lagi keunggulan TV OLED ini jika dibandingkan teknologi televisi sebelumnya. Mengingat ukuran layar yang sangat tipis, televisi ini juga lebih fleksibel. Sehingga, hasil produksinya pun tidak melulu berlayar datar, tetapi ada juga yang layarnya melengkung.
"Selain lebih ringan, OLED pun mudah ditempatkan di mana saja. Kebanyakan sih mereka menempelkannya di dinding," paparnya.
Lantaran teknologi yang disematkan dalam TV ini cukup canggih, maka tidak mengherankan jika harganya pun relatif mahal. Harganya yang masih cukup tinggi, sekitar Rp 50 juta per unit, membuat calon konsumen untuk menimbang kembali untuk membeli produk ini.
Menurut Terry, si kotak tipis bergambar jernih tersebut dibanderol dengan harga relatih tinggit lantaran material dasar yang dibutuhkan sangat mahal. Tak hanya itu, kesulitan dalam tahap produksi pun menjadi alasan lain masalah harga.
Meski bahan dasar didatangkan dari Korea, Terry menjamin televisi OLED yang diproduksi oleh LG dirancang di dalam negeri. "Karena Indonesia belum bisa membuat material dasarnya, jadi kita masih ngambil dari luar negeri," tambahnya.
Ia memperkirakan, tahun ini harga TV OLED belum akan bergerak turun. Kalaupun ada penurunan, tidak akan signifikan. Penurunan hanya mengacu pada target penjualan yang mencapai dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Terry menambahkan, di tahun 2015 ini LG akan mengeluarkan TV OLED berukuran besar, dari sebelumnya 55 inchi menjadi 65 inchi. "Kalau diperkecil, itu tidak mungkin. Malah konsumen pingin ukurannya diperbesar karena diperkecil pun harga tidak akan berkurang signifikan."
Meski harus merogoh kocek dalam-dalam untuk memiliki televisi canggih tersebut, Terry yakin Indonesia adalah tempat yang sangat strategis untuk pemasarannya. Hal tersebut menurutnya tak terlepas dari populasi yang sangat besar serta ekonomi yang terus tumbuh.
Lebih unggul
Pengamat teknologi informatika Abimanyu Wachjoewidayat mengungkapkan, teknologi televisi OLED dalam hal warna lebih unggul dari televisi sebelumnya. "Dari segi penayangan informasi sih nggak ada istimewanya. Istimewanya jenis OLED ini hanya gambarnya saja yang lebih tajam," katanya.
Ketajaman gambar tersebut, menurutnya, bisa dibuktikan saat tampilan gambar diperlebar. Pada televisi analog, jika gambar diperlebar maka akan tampak buram. Sementara pada TV OLED, gambar akan tetap tajam walau diperlebar sekali pun.
Abimanyu membenarkan TV OLED tidak akan ideal jika ukurannya kecil. "Televisi jenis ini semakin diperbesar ukurannya semakin bagus," paparnya.
Terkait desainnya yang berbentuk melengkung, menurut dia, sengaja diciptakan untuk memanjakan pengguna televisi digital tersebut. Dengan bentuk yang melengkung, jarak pandang akan sama sehingga gambar tampilan yang terlihat pun tetap bagus.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya produksi material dasar TV OLED di dalam negeri, menurutnya hal itu sangat memungkinkan. Keyakinannya tersebut karena ia melihat teknologi di Indonesia yang tak kalah canggihnya di banding negara lain "Kalau pemerintah mau, bisa saja. Cuma biasanya terkendala politik sama persaingan bisnis antara sesama produsen," ujarnya. c93 ed:khoirul azwar