MEDAN MERDEKA — Takmir Masjid Istiqlal Jakarta menyiapkan dana Rp 2 miliar untuk persiapan dan pelaksanaan sejumlah program selama Ramadhan 1435 Hijriyah hingga Idul Fitri. Wakil Ketua Panitia Amaliyah Ramadhan 1435 H Wahyono mengatakan, seluruh dana itu diperoleh dari sumbangan masyarakat.
"Melalui tromol-tromol selama satu tahun," kata Wahyono ketika ditemui di kantornya, Selasa (17/6). Wahyono mengungkapkan, pengeluaran terbesar dialokasikan untuk kegiatan iftar bersama sebanyak 3.000 jamaah selama satu bulan. "Tiap orang Rp 12.500 dikali 3.000 jamaah dikali 30 hari," ujar dia.
Menyambut Ramadhan tahun ini, takmir Masjid Istiqlal dikatakan Wahyono sudah melakukan beberapa persiapan. Di antaranya, persiapan fisik, sumber daya manusia (SDM), dan materi substansial. Persiapan fisik meliputi pembersihan kantor-kantor utama, tempat wudhu, dan alat ibadah. "Ada pula perbaikan penerangan, sistem air yang meliputi pipa dan mesin, serta perbaikan sound system," ucap Wahyono.
Dalam proses pembersihan taman, ada beberapa pohon yang ditebang. "Sebenarnya nggak bagus sih ya. Tapi, ternyata kalau dari jalan masjid ini tidak terlihat karena tertutup pohon," katanya.
Menurut Wahyono, biaya untuk persiapan fisik tidak besar. Biaya yang dianggarkan sekitar Rp 10 juta-Rp 20 juta. Komponen biaya lain, yaitu dana operasional yang meliputi insentif petugas, MC, penceramah Subuh dan Tarawih, anggaran BBM, dan anggaran tak terduga. "Tergantung kalau masuk. Kalau kasarnya, misal, masing-masing Rp 25 ribu per orang dikali 30 hari dikali 230 orang kalau masuk semua," kata dia.
Persiapan lain yang memerlukan biaya, yaitu persiapan materi substansial. Materi yang dipersiapkan berupa publikasi jadwal imsakiyah, irsyadad (buku panduan), bimbingan praktis puasa untuk jamaah, serta kalender. Seperti tahun lalu, tahun ini panitia Amaliyah Ramadhan 1435 H Masjid Istiqlal telah mempersiapkan 17 program selama Ramadhan.
Dalam kepanitian tahun ini, ada 20 koordinator yang menangani berbagai bidang, seperti penjemput penceramah, pembagian iftar, parkir, dan sebagainya. Wahyono mengatakan, semua bagian harus saling berkoordinasi dengan baik. "Kendala ada, tapi akan hilang karena kita pakai sistem," kata Wahyono.
Dalam pembagian iftar, misalnya, harus ada koordinasi yang baik antara panitia dan pihak katering. Makanan harus telah siap di masjid sebelum pukul 17.00 WIB. Menurut Wahyono, sistem pembagian iftar di Masjid Istiqlal telah mengalami beberapa kali pergantian.
Sebelumnya, iftar dibagikan begitu saja setelah tanda berbuka telah terdengar. Akibatnya, terjadi rebutan. Hal ini akan membahayakan jamaah dan juga karyawan yang bertugas.
Sistem pembagian iftar yang akan diberlakukan saat ini dinilai Wahyono lebih tertib dari sebelumnya. Nantinya, iftar akan dibagikan setelah para jamaah duduk dengan tertib. "Jadi, orang duduk rapi. Nggak duduk rapi nggak dapat. Harus tertib," ujar Wahyono.
Imam masjid
Di Depok, Jawa Barat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Depok akan mengadakan kegiatan orientasi bagi imam, dai, dan pengurus dewan kemakmuran masjid (DKM), Senin (23/6). Orientasi itu dilakukan untuk menyikapi keluhan masyarakat terkait pemilihan imam saat shalat Tarawih.
"Masyarakat mengeluh banyak imam yang terlalu buru-buru pada saat Tarawih sehingga bacaannya kurang jelas dan terkesan ingin cepat selesai," ujar pengurus MUI Kota Depok Uung Ainun Najib, Selasa (17/6).
Menurut Ainun, keluhan masyarakat tersebut sangat beralasan. Karena itu, pemilihan imam Tarawih merupakan hal penting karena terkait kekhusuyukan jamaah pada saat menjalankan shalat.
"Untuk imam masjid akan dilatih untuk bacaan ayat-ayat pendeknya, khususnya untuk surah al-Fatihah dan tajwid. Sedangkan, untuk dai atau penceramah akan diberi arahan terkait hal-hal yang tidak boleh disampaikan pada saat mengisi ceramah," ujar Ainun.rep:c92/ c83 ed: karta raharja ucu