Jumat 04 Jul 2014 16:00 WIB

Berawal dari Kegelisahan

Red:

Pameran Lost in Transaction yang menampilkan karya seniman muda berbakat, Asep Topan, lahir dari embrio kegelisahan yang dialaminya. Sebagai pegiat seni yang tumbuh dan terdidik dalam periode pasca-Reformasi, banyak informasi yang dia dapat.

Kebebasan pers dan berekspresi membuat Asep dan seniman seangkatannya terdorong menegaskan rakyat butuh kebenaran, tak semata pencitraan yang digelar kasar di media elektronik dan cetak. Terlebih, menjelang peristiwa besar 9 Juli, perang pencitraan dan pendapat berlangsung antara dua kubu calon presiden.

Pertarungan di media tidak sehat, ketika campur tangan pemilik modal menyetir konten dari media yang bersangkutan. Peperangan ide dan pandangan politik berlangsung di media sosial di antara dua sahabat akrab, percakapan di bangku kampus, dan di teras warung kopi.

Asep beranggapan masyarakat membutuhkan kejelasan visi dan konsep dari calon pemimpin bangsa. Yang diharapkan adalah nyata, tak sekadar manis bibir, dan elok polah di media, tapi malah berbalik pahit nantinya. "Saya melihatnya pada periode politik ini, mereka merias diri sebaik-baiknya. Terlebih lewat media. Kita butuh melihat mereka tanpa riasan," ujar dia.

Berawal dari kegelisahan tersebut, lantas Asep memutar otak bagaimana memasukkan unsur politik ke dalam karya seni yang ‘tidak biasa’. Berpengalaman membuat instalasi seni dari teknik sablon, kemudian dia bereksperimen dengan gambar digital yang ditemukan di jalan atau televisi.

Sebagai seniman besar pada era pasca-Reformasi dengan pesatnya kemajuan teknologi, Asep tak meninggalkan tradisi cetak manual, seperti sablon yang didapatnya sejak kuliah. "Ini masalah pemilihan metode. Ada banyak teknik lain dipakai. Hanya di sini penggabungan teknik digital dan manual seperti sablon belum banyak yang menggunakan," jelas Asep.

Melalui pameran Lost in Transaction, Asep dan para seniman muda lainnya berharap masyarakat tidak jenuh dengan limpahan informasi dari media. Bila itu telanjur terjadi, dibutuhkan penyegaran pandangan dalam melihat politik bangsa ini. Pameran ini kemudian memberikan perspektif dalam melihat dan mempersiapkan pesta demokrasi pada 9 Juli.

Asep yang merupakan staf pengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) berharap anak muda Indonesia tidak apatis dan oportunis menyikapi gelegar pesta demokrasi nanti.  rep:c85 ed: dewi mardiani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement