Akhir-akhir ini, Bogor tak lagi diguyur hujan. Terik mentari terasa begitu menyengat. Hal ini membuat batang kayu bertambah keras dan kering. Memaksa mereka patah, layu, dan mati.
Sebagian masyarakat desa Bojongrangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, melaksanakan shalat Istisqa, meminta hujan. Suara orang mengaji terdengar dari bilik pondok pesantren yang berhadapan dengan sawah.
Dekat dari sana terdapat Masjid Al-Huseini yang selalu mengucur airnya. Air yang keluar dari keran itu hasil dari pengeboran sedalam 32 meter, kemudian disedot dengan pompa mesin.
Berbeda dengan rumah warga sekitar yang masih mengandalkan sumur. Kedalaman sumur yang rata-rata 13-15 meter terlihat kering dan menyisakan sangat sedikit air. Kalaupun air itu diangkat maka akan bercampur dengan lumpur. Sekitar 15 hari lalu, musim kemarau ikut menyambut bulan puasa kali ini. Sampai sekarang pun belum turun hujan.
Di Desa Bojongrangkas, ada yang menanam padi, ubi, dan singkong. Panen padi telah berakhir sejak Mei. Buruh tani, Idris (67 tahun), mengatakan, sekarang lahan di sini ditumbuhi ilalang.
Sejak kecil, Idris sudah menggarap sawah. Namun, dirinya sekarang melihat banyak sawah di kampungnya berubah menjadi perumahan-perumahan. Petani terpaksa menjual lahannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hasil bertani tak mampu memenuhi kebutuhan hidup. Ditambah lagi dengan ancaman kemarau. Semakin berkurang hasil panen mereka.
Beberapa tahun silam Idris adalah petani. Namun sekarang ini, dia hanya menggarap sawah orang lain. Atau, dapat juga disebut sebagai penjaga sawah dari bibit hingga menghasilkan duit.
Rencananya para petani di sini akan menyangkul sehabis Lebaran. Kalau bulan puasa masih lemas. Selain itu, mereka menunggu datangnya hujan. Barulah sawah akan ditanami bibit. "Beruntung panen terjadi sebelum kemarau. Kalau panennya telat, padi dapat gagal panen," ujarnya.
Di saat kemarau datang, tanaman yang paling kuat atau tahan kering adalah ubi dan singkong. Singkong butuh waktu sembilan bulan untuk panen. Sedangkan, ubi hanya lima bulan.
Pada bulan puasa ini petani banyak menghabiskan waktu di masjid, rumah, atau pengajian-pengajian ketimbang pergi ke sawah akibat kemarau.
Kemudian Idris bercerita, jika membeli benih padi biasanya Rp 2.000/kg - Rp 5.000/kg. Sedangkan, yang dibutuhkan Idris untuk lahannya sekitar tiga sampai lima kilogram benih padi.
Setelah membeli benih, barulah ia menyangkul sawah. Namun, itu dulu ketika dirinya muda. Kini, umurnya 67 tahun, yang memaksanya hanya sebagai penggarap lahan orang saja.
Mulanya pemilik lahan menyewa tukang cangkul untuk membajak sawah. Upah mereka Rp 35.000 - Rp 40.000 untuk mencangkul sawah. Waktunya dari pukul 07.00 WIB - 08.00 WIB.
Ketika waktu panen tiba, padi yang dihasilkan biasanya seberat satu ton maka beras murninya hanya seberat 300 kg. Dengan berat seperti itu ia hanya mendapatkan untung Rp 750.000 selama lima bulan masa panen. Petani di sini biasanya hanya menjual padi di warung-warung di kampungnya.
Dari muda sampai punya cucu sudah akrab dengan pertanian. Ia tidak bisa memperhitungkan kapan padi harus ditanam. Idrus menceritakan kalau kebutuhan sehari-hari masih mengandalkan anak-anaknya. Ia sekarang lebih banyak di rumah daripada di sawah. Kalau di sawah ia biasa berada di saung untuk mengusir burung atau sekadar memantau saja.
Warga di Bojongrangkas pangkalan dua belum ada bantuan dari pemerintah. Namun, tempat mandi cuci kaki (MCK) belum ada di Kampung. Sehingga, para warga kadang-kadang mandi di kali kecil dekat persawahan atau di masjid yang telah menggunakan sistem pompa air.
Di saat musim kemarau ini, warga banyak mengambil air dari masjid atau rumah warga yang sudah menggunakan mesin pompa air.
Sementara itu, ketinggian air di Bendungan Katulampa nol sentimeter. Namun, untuk irigasi sekitar 30 cm. Dari hulu, Batulayang telah mengalami kekeringan. "Sudah dua pekan seperti ini. Nanti akan meningkat pada musim hujan bulan September," ujar Relawan Sarana Komunikasi Timur, Dadan Juan.
Ia mengatakan, kendati musim kemarau tapi kondisi cuaca di Kota Bogor tidak bisa ditebak. Sedangkan, ketinggian bendungan Katulampa tergantung dari hulu. c21 ed: Erdy Nasrul