Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Iman Satria mengatakan, harus ada restrukturisasi terkait permasalahan warga korban gusuran yang ditempatkan di rusun. Dia bisa memahami temuan LBH Jakarta yang merilis survei terkait biaya hidup penghuni rusun yang meningkat daripada ketika belum digusur. Iman menyoroti, lokasi relokasi yang jaraknya bisa mencapai puluhan kilometer dari tempat tinggal semula warga membuat mereka harus mengeluarkan uang lebih besar untuk transportasi dan biaya bulanan.
"Artinya gini, kemarin itu Pak Gubernur (Ahok) memindahkan orang kan jauh daripada tempat lokasi mereka, keberadaan sebelumnya sehingga lapangan pekerjaan mereka hilang. tentunya pendapatan dia menurun kan. Nah makanya kalau saya berpikirnya harus diubah polanya," kata Iman, belum lama ini.
Iman menyoroti, yang menimpa korban gusuran adalah mereka tidak tenang menghuni unit rusun. Setelah diselidiki, hal itu terjadi lantaran mereka kehilangan komunitas dan pekerjaannya. Karena itu, meskipun tempat tinggalnya sekarang kondisinya lebih bagus, mereka merasa tidak tenang hidup di rusun.
Karena itu, untuk warga yang sudah terlanjur masuk rusun, Iman menyarankan, harus ada pembinaan yang dilakukan Pemprov DKI guna membuka lapangan pekerjaan atau memberikan pekerjaan yang memang bisa dikerjakan mereka. Dia meminta, penghuni rusun jangan sampai ditelantarkan begitu saja. "Jangan hanya diberikan tempat, tapi dikasih solusi kerja. Apa dia kerja di Transjakarta, apa dia kerja jadi karyawan-karyawan pasukan oranye, pasukan biru, apa pun lah itu," kata politikus Partai Gerindra tersebut.
Plt Gubernur DKI, Sumarsono mengatakan, persoalan penghuni rusun yang harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar, merupakan awal permulaan karena penyesuaian antara hidup di rusun dan hidup di tempat sebelum dipindahkan. Dia berkomitmen, pemerintah tetap sesuai dengan konsep awal relokasi. Dia menegaskan, warga yang tinggal di bantaran bukanlah digusur, melainkan hanya direlokasi ke tempat layak.
"Ini hanya start awal karena penyesuaian saya kira. Kalau yang sebelum digusur kan dia hidup sederhana, sederhana di pinggir kali, misalnya seperti itu kan, pekerjaannya dekat, karena faktor jarak, faktor ini dan seterusnya. Itu saya kira dalam batas wajar apalagi mereka nggak bekerja, kehilangan pekerjaan, pasti merasa lebih banyak (mengeluarkan uang)," kata Sumarsono. rep: Noer Qoamriah K ed: Erik Purnama Putra