REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Upacara tradisi "Saparan Bekakak"yang ditampilkan Kecamatan Gamping berhasil meraih juara pertama atau penyaji terbaik pada Festival Upacara Adat dan Tradisi Budaya Tahun 2015. Apakah itu Saparan Bekakak?
Tradisi Saparan Bekakak ini berasal dari kawasan Gamping. Acaranya berupa penyembelihan "bekakak", yakni sepasang boneka temanten(pengantin Jawa) muda yang terbuat dari tepung ketan. Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali dalam bulan Sapar dalam Kalender Jawa. Tradisi ini terkait dengan tokoh Ki Wirasuta, satu dari tiga bersaudara dengan Ki Wirajamba dan Ki Wiradana. Mereka adalah abdi dalem Hamengku Buwono I yang sangat dikasihi.
Ketika pembangunan Keraton Yogya karta sedang berlangsung, para abdi dalem tinggal di pesanggrahan Ambarketawang, kecuali Ki Wirasuta yang memilih tinggal di sebuah gua di Gunung Gamping. Pada bulan purnama, antara 10 dan 15, pada Jumat terjadi musibah, yaitu longsornya Gunung Gamping. Ki Wirasuta dan keluar ganya tertimpa longsoran dan dinyatakan hilang karena jasadnya tidak ditemukan.
Upacara saparan semula berjuan untuk menghormati kesetiaan Ki Wirasuta dan Nyi Wirasuta kepada Sri Sultan Ha mengku Buwono I. Tapi, kemudian berubah dan dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan bagi penduduk yang mengambil batu gamping agar terhindar dari bencana. Sebab, pengambilan batu gamping cukup sulit dan berbahaya.
Festival Upacara Adat dan Tradisi Budaya Tahun 2015 digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, selama dua hari, Sabtu (5/9) dan Ahad (6/9), di taman parkir Museum Gunungapi Merapi, Pakem.
"Tradisi Saparan Bekakak yang ditampilkan masyarakat Ambarketawang, Kecamatan Gamping, ini meraih nilai tertinggi," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Sleman Ayu Laksmidewi. antara, ed: Nina