REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN – Hari Tawanan Palestina yang jatuh hari Ahad (17/4) kemarin, juga diperingati para keluarga tahanan Israel di Yordania. Para demonstran yang kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak perempuan ini menuntut pemerintah Yordania melakukan koordinasi agar mereka dapat mengunjungi keluarga yang dipenjara di Israel.
Mereka mengaku sakit hati dan dibuncahi kerinduan untuk bertemu dengan keluarga tercinta yang ditahan pemerintah Zionis. “Kami hanya ingin bertemu beberapa menit dengan keluarga kami yang ditahan Israel, hanya sekedar mengobati kerinduan dan membawa anak-anak agar bertemu ayahnya,” kata seorang demonstran.
Dan rasa sakit itu kian berkecamuk menjelang tanggal 17 April yang bertepatan dengan “Hari Tawanan Palestina”. Mereka berupaya menghadap pemerintah Yordania yang dianggap lalai dalam membebaskan keluarga mereka, dan meminta pemerinta segera melakukan sesuatu.
Sejak dua tahun lalu pemerintah Yordania berjanji akan mengupayakan para keluarga tawanan ini agar dapat berkunjung dan bertemu dengan kerabat mereka yang ditahan di penjara-penjara Israel. Namun hingga kini, janji tersebut tak kunjung ditepati.
Ibu salah seorang tahanan bernama Mar’i Abu Sa’id, yang dijatuhi hukuman sebelas tahun penjara dan telah mendekam hampir tujuh tahun lamanya di salah satu penjara Israel kecewa dengan pemerintah Yordania.
“Saya menagih janji pemerintah Yordania pada era mantan Perdana Menteri Nader Dhahabi yang akan memfasilitasi kunjungan keluarga kepada para tahanan. Dua tahun telah berlalu namun janji tersebut tak jua dipenuhi. Pemerintah hanya berdalih, mengunjungi tahanan itu ‘tidak patut’,” katanya.
Ibunda Abu Sa’id menuduh pemerintah Yordania mengabaikan masalah tahanan, tak mengindahkan teguran parlemen dan lembaga masyarakat sipil, maupun tuntutan tokoh-tokoh partai politik di Yordania. “Pemerintah Yordania gagal dalam menyelesaikan masalah tahanan ini,” tegasnya.