REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG--Geert Wilders kembali bikin provokasi. Setelah menghina Islam, ia kini membela gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Belanda.
Pembelaan Wilders ini ia sampaikan lewat Twitter dengan menulis: "Hari ini di Apeldoorn diperingati perjuangan kemerdekaan Maluku. Sudah saatnya orang Maluku merdeka dari Indonesia yang Islamis."
Pesan itu ia tulis Senin (25/4). Bagaimana komentar Dubes Indonesia di Belanda? Wakil Dubes RI, Umar Hadi, enggan berkomentar apapun.
"Kami tidak mau mengomentari Twitter siapa pun," demikian Umar. Alasannya karena setiap orang bisa nge-tweet setiap hari, "Orang kapan aja bisa pencet-pencet itu."
Kasus ini, menurut Umar Hadi, spesifik. "Radio Nederland menurunkan berita yang menyitir Twitter. Saya tidak mau mengomentari. KBRI, Kedutaan Besar Republik Indonesia, di Den Haag tidak mau berkomentar terhadap tweet dari siapa pun."
Sementara Wim Manuhutu, sejarawan Maluku di Belanda membaca tweet Wilders di Twitter. Menurutnya, pesan Wilders tidak tepat. Walaupun mayoritas besar warga Indonesia beragama Islam, Indonesia sendiri bukan negara Islam.
Menurut Manuhutu, orang-orang yang masih mempertahankan cita-cita Republik Maluku Selatan harus melihat betul apakah sungguh-sungguh ingin didukung dengan alasan tersebut. Kalau melihat proklamasi Republik Maluku Selatan tahun 1950, Republik Maluku Selatan sama sekali tidak bisa disamakan dengan Republik Maluku Kristen.
"Republik Maluku Selatan dimaksudkan untuk seluruh orang di Maluku, beragama Islam atau beragama Kristen."
Pernyataan Wilders bahwa orang Maluku harus merdeka dari Indonesia yang Islamis, menurut Manuhutu tidak konstruktif dan tidak membantu. "Wilders memberi gambaran salah dari Indonesia," kata sejarawan Maluku ini.
Wim Manuhutu memang mengakui bahwa ini untuk pertama kali seorang politikus Belanda secara terbuka berbicara soal kemerdekaan Maluku. Ia juga bisa mengerti bahwa beberapa orang pendukung RMS menerima dukungan itu, karena PVV - partainya Geert Wilders - bukan partai kecil, melainkan punya tempat cukup besar di parlemen.
"Pasti mereka pikir juga apakah ada peluang untuk membawa soal Republik Maluku Selatan dalam parlemen Belanda." Wim Manuhutu merasa ucapan Geert Wilders melalui Twitter hanya untuk mencari dukungan atau simpati dari orang Maluku.
Pernyataan Wilders, menurut Manuhutu bisa dianggap sebagai dukungan moril. Namun dalam praktiknya dampak atau pengaruh ucapan ini cukup terbatas. Sebagai contoh ia menyebut pernyataan PM Belanda Mark Rutte tentang demonstrasi pro-demokrasi di Timur Tengah.
Menurut Rutte, negara-negara bersangkutan harus berkembang ke arah Turki atau Indonesia, dua negara yang disebut sebagai salah satu demokrasi besar, dan membuktikan bahwa demokrasi dan ajaran Islam tidak bertentangan.