REPUBLIKA.CO.ID, "Tak mudah hidup bersama Lupus," kata Ketua Syamsi Dhuha Foundation (SDF), Dian Syarief, yang juga seorang odapus (pengidap lupus). Apalagi, katanya, di Indonesia yang tak semua odapus-nya mampu mengakses fasilitas kesehatan dengan baik termasuk asuransi.
"Harga obat yang relatif mahal dan di sisi lain, pemeriksaan laboratorium klinis yang kerap tak terjangkau oleh odapus dengan kemampuan finansial yang terbatas," tambahnya. Belum lagi dengan kondisi yang naik turun akibat aktifivitas Lupus-nya yang belum remisi, seorang Odapus pun kerap harus keluar masuk rumah sakit untuk dirawat.
Semua ini membutuhkan ketangguhan tak hanya fisik tapi juga finansial dan mental untuk menghadapinya. "Itulah mengapa kami memilih tema Never give up! Untuk diusung dalam puncak peringatan hari Lupus sedunia kali ini," ujar Dian.
Puncak peringatan World Lupus Day (WLD), 7 Mei 2011 di Aula Barat ITB - Bandung. Shiane Hanako, Manager SDF, menyatakan terkait dengan WLD 2011, pada 7 April SDF juga telah menggelar kegiatan Lupus Goes to Campus di kampus ITB Bandung, program edukasi dan sosialisasi Lupus merupakan program yang selalu diupayakan SDF agar masyarakat dapat memperoleh informasi awal dan pengetahuan dasar tentang penyakit Lupus yang gejalanya seringkali menyerupai penyakit lain dan jika tak ditangani dengan tepat dapat mengancam jiwa.
Sedangkan 9 April , digelar juga program Lupus Saves the Earth di kampus Unpad Jatinangor. "Kami merasa perlu untuk ikut peduli terhadap masalah pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim di seluruh dunia. Karena dengan meluasnya paparan sinar matahari langsung dapat tingkatkan jumlah Odapus (Orang dengan Lupus) yang memang Lupus-nya dapat terkaftifasi oleh sinar ultraviolet," kata Shiane Hanako.