REPUBLIKA.CO.ID,BANGKOK - Kelompok hak asasi independen di Thailand, Union for Civil Liberties, memulai kampanye untuk memperbaiki kondisi di penjara-penjara Thailand.
Organisasi itu menerbitkan laporan tentang kondisi penjara di negara Gajah Putih dengan menyebutkan kondisi di lembaga pemasyarakatan terlalu penuh dan masih ada penggunaan rantai. Sementara, fasilitas kesehatan masih sangat kurang.
Tahanan terpaksa tidur berdesak-desakan di lantai. Di sel-sel penjara, setiap tahanan memiliki tempat sekitar satu meter persegi. Bukannya sekitar empat kali enam meter persegi seperti syarat minimum Dewan Eropa.
Danthong Breen, ketua Union for Civil Liberties, mengatakan kondisi penjara Thailand itu sangat mengejutkan.
"Penjara wanita jauh lebih buruk kondisinya. Ada sekitar 200 perempuan di satu sel," kata Breen kepada BBC. "Bila salah seorang bangun untuk ke toilet di malam hari, semua harus bergerak sedikit. Dan saat ia kembali, ia tidak dapat lagi tempat untuk tidur. Akibatnya, dia harus berdiri sepanjang malam."
Breen menyebutkan kondisi berdesak-desakan seperti ini tidak manusiawi. Keadaan lain yang tak kalah menyedihkan adalah penggunaan rantai.
Rantai digunakan di pergelangan kaki tahanan yang dijatuhi hukuman lama. Meskipun mereka sakit, rantai-rantai tersebut tidak dilepas sampai hukuman selesai.
PBB telah mengajukan kritikan atas kondisi penjara di Thailand. Departemen Luar Negeri Thailand berjanji untuk menangani hal itu. Kurangnya anggaran pemerintah menyebabkan kesulitan untuk membangun fasilitas baru dan menambah petugas lembaga pemasyarakatan.