Selasa 14 Jan 2025 21:02 WIB

Penjara pada Masa Awal Islam

Inilah perbedaan penjara yang berlaku pada zaman Nabi SAW dengan masa kini.

ILUSTRASI Penjara
Foto: pxhere
ILUSTRASI Penjara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penampilan penjara pada zaman Nabi Muhammad SAW sangat berbeda dengan penjara saat ini. Penjara sekarang umumnya berbentuk sebuah bangunan dengan pagar menjulang serta pintu dan jendela yang terbuat dari susunan besi. Pada masa Rasulullah SAW, tempat untuk menahan pelaku kejahatan itu tidak berbentuk ruangan khusus. Sebab, si pelanggar "hanya" akan diikat di pagar atau tonggak besi.

Namun, seiring berkembanganya zaman dan semakin banyaknya pelanggar, saat pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, terbentuklah penjara pertama yang terletak di Makkah. Penjara tersebut merupakan rumah dari Shafwan bin Umayyah yang dibeli dengan harga 4.000 dirham.

Baca Juga

Sayidina Ali bin Abi Thalib dalam pemerintahannya juga membangun langsung tempat yang disebut sebagai Penjara Nafi'. Namun, karena bangunannya yang tidak kokoh, banyak tahanan yang melarikan diri. Maka, dibangunlah kembali penjara yang diberikan nama Mukhayyis dan disebut sebagai bangunan penjara (bukan rumah) pertama dalam sejarah Islam.

Meski diibaratkan sebagai tempat yang dipenuhi persepsi negatif, nyatanya penjara bukan hanya tempat bagi orang-orang yang menyalahi peraturan. Sebab, fungsinya kerap pula dimanfaatkan untuk membungkam orang-orang yang tak bersalah, tetapi "hanya" berani menyuarakan kritik terhadap penguasa. Intinya, kelompok atau individu yang menentang suatu rezim.

Beberapa tokoh Muslim dan bahkan pahlawan Indonesia---seperti Imam Ahmad, Sa'id bin Jubair, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, dan Buya Hamka---juga pernah merasakan pengapnya penjara karena ketegasan mereka menolak kezaliman penguasa.

Mereka membuktikan bahwa penjara hanya mengurung jasmani, melainkan juga pikiran maupun dedikasi mereka untuk mengubah peradaban. Buya Hamka salah satunya, yang berhasil menjadikan penjara sebagai tempat yang nyaman untuk mengembangkan pemikirannya untuk peradaban Islam. Salah satunya dengan tuntas menulis 30 jilid kitab tafsir yang kini dikenal sebagai Tafsir al-Azhar.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Disebut Alquran

Kitab suci Alquran menjelaskan kisah tentang Nabi Yusuf AS. Dalam salah satu fase hidupnya, nabi yang berwajah tampan itu pernah merasakan dinginnya penjara.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement