Senin 27 Jun 2011 10:52 WIB

Bandara AS Dianggap 'Sakit Jiwa': Wanita Penderita Kanker 95 Tahun Ditelanjangi ...Hanya karena Berdiapers

Ibu Jean Weber
Foto: CNN
Ibu Jean Weber

REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA - Biro Keamanan Transportasi (TSA) kembali diprotes. Kali ini, seorang wanita mengeluhkan pemeriksaan keamanan yang 'keterlaluan' atas ibunya. Sang ibu, berusia 95 tahun, dipaksa turun dari kursi rodanya dan mencopot diapersnya sebelum melalui pemindai keamanan bandara.

Berita protes wanita ini memenuhi hampir semua halaman muka surat kabar AS edisi Ahad dan ramai dibincangkan di situs jejaring sosial. Mereka menyebut bandara AS keterlaluan dan 'sakit jiwa'. TSA merilis sebuah pernyataan pada Ahad yang membela tindakan agen mereka di Bandara Northwest Florida Regional Airport.

"Setiap orang dan barang harus diperiksa sebelum memasuki daerah aman, TSA bekerja dengan penumpang untuk menyelesaikan alarm keamanan dengan cara hormat dan sensitif," kata pernyataan resmi TSA. "Kami telah memeriksa situasi yang melibatkan pemeriksaan ini dan menentukan bahwa petugas kami bertindak secara profesional dan sesuai dengan prosedur yang benar."

Jean Weber, wanita yang memprotes tindakan TSA itu, mengatakan kepada CNN bahwa petugas keamanan mungkin telah melakukan tindakan prosedural yang benar, tapi dia masih tidak percaya bahwa ibunya yang kondisinya sangat lemah diperlakukan demikian buruk.

"Jika ini adalah prosedur Anda - yang saya mengerti - saya juga merasa bahwa prosedur Anda perlu diubah," katanya.

Weber mengatakan berdua ibunya ia bepergian 18 Juni dari barat laut Florida ke Michigan. "Ibuku sangat sakit, dia leukemia," kata Weber. "Dia habis melakukan transfusi darah seminggu sebelumnya, hanya untuk menunjang kekuatannya demi perjalanan ini."

Sementara melalui ckeckpoint keamanan bandara, wanita 95 tahun itu diambil oleh petugas TSA ke ruang kaca, di mana pemeriksaan manual dilakukan, kata Weber. Seorang agen mengatakan kepada Weber "mereka merasakan sesuatu yang mencurigakan pada kakinya dan mereka tidak bisa menentukan apa itu". Sang ibu kemudian dibawa ke ruangan tertutup.

Segera setelah itu, kata Weber, seorang agen TSA keluar dan mengatakan bahwa  pakaian dalam ibunya adalah "basah dan  mereka tidak bisa memeriksa secara menyeluruh." Ibu dan putrinya kemudian pergi ke kamar mandi, atas permintaan petugas TSA, untuk melepas diapersnya.

Weber mengatakan ia menangis selama pemeriksaan, dimana ia dan ibunya merasa sebagai 'pesakitan'. Tapi dia bilang ibunya, seorang pensiunan perawat selama 65 tahun, "sangat tenang" meskipun diganggu oleh kenyataan bahwa ia harus pergi melalui bandara tanpa pakaian dalam.

Akhirnya, Weber mengatakan dia meminta ibunya untuk dibawa ke gerbang keberangkatan tanpa dia, karena pesawat mereka dijadwalkan berangkat dalam dua menit dan Weber masih akan melalui pemeriksaan keamanan.

Ini bukan pertama kalinya bahwa TSA diprotes.

Tahun lalu, pemerintah mengumumkan scanning sekujur badan dan pemeriksaan dengan perabaan untuk menghentikan ancaman bukan logam, termasuk bahan peledak, dari penumpang pesawat. Tujuannya adalah untuk mencegah serangan seperti pada Natal 2009 oleh Umar Farouk Abdulmutallab, yang diduga memiliki bom yang dijahit ke celana dalamnya dalam penerbangan dari Belanda ke Michigan.

TSA memperkirakan bahwa hanya 3 persen dari penumpang dikenakan pemeriksaan perabaan. Namun kebijakan baru ini telah memicu keributanbaik di dalam maupun luar bandara, terutama oleh mereka yang merasa hak-hak mereka dan privasinya dilanggar.

Tapi badan keamanan federal belum mundur, membuat beberapa penyesuaian tapi tidak ada perubahan besar dalam kebijakan ini.

sumber : CNN
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement