REPUBLIKA.CO.ID, Nama lengkapnya adalah Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam bin Mughirah Al-Makhzumiyah. Dia adalah putri saudaranya Abu Jahal, Amru bin Hisyam, yang menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya. Adapun ibunya bernama Fathimah binti Al-Walid, saudara sepupu si Pedang Allah, Khalid bin Walid.
Ummu Hakim diberi nikmat berupa kecemerlangan akal dan hikmah. Ayahnya, Al-Harits, menikahkan dirinya pada masa Jahiliyah dengan putra pamannya, yaitu Ikrimah bin Abu Jahal. Ikrimah adalah salah satu di antara orang-orang yang telah diumumkan Rasulullah untuk dibunuh.
Ummu Hakim adalah seorang mujahidah yang mulia. Pernah suatu kali sebelum memeluk Islam, dia turut serta berperang melawan kaum Muslimin bersama suaminya Ikrimah bin Abu Jahal. Ketika kaum Muslimin mendapat kemenangan dan kota Makkah telah ditaklukkan, Ikrimah bin Abu Jahal melarikan diri ke Yaman, karena dia mendengar ancaman Rasulullah SAW terhadapnya.
Ketika manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka Al-Harits dan putrinya, Ummu Hakim, pun masuk Islam. Ummu Hakim termasuk wanita yang berbaiat kepada Rasulullah SAW dan ia merasakan manisnya iman yang telah memenuhi kalbunya. Sehingga kemudian ia ingin agar orang yang paling dicintainya dan paling dekat dengannya yaitu suaminya, Ikrimah bin Abu Jahal, merasakan manisnya iman sebagaimana yang ia rasakan.
Ia pun menghadap Rasulullah untuk meminta jaminan keamanan bagi suaminya bila dia masuk Islam. Alangkah girangnya hati Ummu Hakim mendengar jawaban Rasulullah SAW yang mau memaafkan dan menjamin keamanan jiwa suaminya.
Selanjutnya, ia pun segera berangkat untuk mengejar suaminya yang melarikan diri, dengan harapan dapat menemukannya sebelum kapal berlayar. Ummu Hakim menempuh perjalanan yang sulit dengan membawa perbekalan yang minim. Namun ia tidak berputus asa. Takdir Allah berkehendak, ia pun dapat bertemu dengan suaminya di pesisir pantai Tahamah.
Ketika melihat suaminya telah menaiki bahtera dan hendak berlayar. Ummu Hakim berteriak memanggilnya, "Wahai sepupu, aku telah datang dari manusia yang terbaik dan termulia. Jangan kau hancurkan dirimu sendiri. Aku telah meminta padanya jaminan kemanan buatmu, kemudian beliau telah memberikan jaminan kemanan itu."
"Benarkah kau telah melakukan hal itu?" tanya Ikrimah.
"Benar," jawab Ummu Hakim. "Aku telah berbincang dengannya dan beliau telah menjanjikan keamanan buat dirimu."
Ummu Hakim kemudian menceritakan kepada suaminya tentang akidah yang telah memenuhi kalbunya dan telah ia rasakan manisnya. Ia juga menuturkan tentang pribadi Rasulullah yang mulia dan bagaimana beliau memasuki Makkah dengan menghancurkan berhala-berhala di dalamnya, serta memberi maaf kepada manusia dengan jiwa yang besar.
Akhirnya Ikrimah kembali lagi bersamanya dan berangkat menuju rumah Rasulullah. Ummu Hakim dan suaminya meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah. Umar memberi kabar pada Rasulullah SAW terkait kedatangan Ikrimah. Di hadapan Rasulullah SAW, Ikrimah mengumumkan keislamannya dan memulai lembaran hidup baru.
Selanjutnya, Ikrimah senantiasa tenggelam dalam ibadah dan jihad fi sabililillah. Ia selalu terjun dalam kancah peperangan, memanggul senjata, memburu syahid. Niat tulusnya mencari syahid akhirnya dikabulkan Allah SWT.
Sebagai wanita Mukminah, tak sedikit pun Ummu Hakim bersedih hati atas kematian suaminya. Sebab ia sendiri sangat merindukan syahid sebagaimana yang telah diraih para sahabat Rasulullah yang lain. Bagi Ummu Hakim, syahid adalah angan-angan dan cita-cita tertinggi seorang Mukmin sejati.
Tak berselang lama setelah syahidnya sang suami, Ummu Hakim dilamar oleh seorang panglima kaum Muslimin bernama Khalid bin Sa’id. Tatkala terjadi Perang Marajush, Khalid hendak mengumpulinya.
Namun Ummu Hakim menolak dan berkata, “Seandainya saja engkau menundanya hingga Allah menghancurkan pasukan musuh.”
“Sesungguhnya aku merasa bahwa aku akan terbunuh,” kata Khalid.
Ummu Hakim berujar, “Jika demikian, silakan!”
Maka Khalid melakukan malam pengantin dengan Ummu Hakim di atas jembatan yang di kemudian hari dikenal dengan jembatan Ummu Hakim.
Pada pagi harinya mereka mengadakan walimah. Belum lagi mereka selesai makan, pasukan Romawi datang menyerang. Sang pengantin laki-laki yang juga sebagai panglima perang terjun ke jantung pertempuran. Ia berperang hingga syahid.
Melihat suami keduanya juga syahid, Ummu Hakim mengencangkan baju yang ia kenakan kemudian berlari menyongsong pasukan musuh. Dengan tiang kemah yang dijadikan tempat walimah, ia memburu musuh-musuh Allah dan berhasil membunuh tujuh orang di antaranya, sebelum ia gugur sebagai syahidah.
Alangkah indahnya malam pertama dan pagi yang dilalui Ummu Hakim. Malam pertamanya dinikmati di medan perang, pagi harinya ia tersenyum menghadap Tuhan.