REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Pemerintah segera membangun empat pabrik gula baru di Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Madura.
"Di daerah itu sangat potensial untuk pengembangan tebu dan perluasan lahan," kata Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurti, usai diterima Gubernur Jatim, Soekarwo, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa.
Menurut dia, pembangunan pabrik baru itu merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi dan kualitas gula.
Pemerintah menargetkan produksi gula secara nasional bisa mencapai 5-5,5 juta ton per tahun. Untuk saat ini, produksi gula baru mencapai 2,5-3 juta ton sehingga masih kurang separuh atau 2,5 sampai 3 juta ton gula.
Untuk memenuhi target tersebut, pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan, di antaranya mengalokasikan dana sekitar Rp9 triliun untuk program revitalisasi seluruh pabrik gula. "Sampai saat ini baru terserap Rp1,5 triliun sehingga banyak pabrik yang belum direvitalisasi," kata Bayu.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga telah menyediakan dana Rp 55-60 miliar untuk program pembibitan tebu.
Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo mengizinkan pembangunan pabrik gula baru, asalkan tidak berada di sekitar pabrik gula yang sudah lama berdiri.
Di empat daerah yang dipilih menjadi lokasi pembangunan pabrik gula itu pemerintah akan membuka lahan tebu baru.
"Kalau membangun di lokasi pabrik gula yang sudah lama ada, maka dapat menimbulkan gejolak," kata mantan Sekdaprov Jatim itu.
Keberadaan pabrik gula itu diharapkan dapat meningkatkan daya saing pabrik-parbik gula yang sudah lama ada.
"Oleh sebab itu, kami sudah membuat kontrak dengan pabrik gula baru agar mampu menghasilkan rendemen delapan persen. Kalau tidak sampai pada angka tersebut, jangan ada pabrik gula baru. Dengan demikian pabrik gula yang sudah lama ada akan meningkatkan produktivitasnya sehingga mampu bersaing dengan pabrik gula baru itu," kata Soekarwo.
Terkait dengan rencana dilikuidasinya tiga pabrik gula di bawah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, Gubernur menyatakan tidak setuju. "Jangan dilikuidasi. Biarkan pabrik gula itu mengolah 'raw sugar' (gula mentah) agar pabrik makanan dan minuman tidak impor 'raw sugar'," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil menyambut positif rencana pembangunan pabrik gula baru itu.
Ia juga sependapat dengan sikap Gubernur yang menolak pendirian pabrik gula di sekitar lokasi pabrik yang sudah lama ada. "APTRI sangat berkepentingan terhadap PG baru itu bila didirikan untuk mengolah tebu petani," katanya.
Ia mendorong Pemprov Jatim membentuk tim pengkajian untuk mendalami rencana pendirian pabrik gula baru di empat daerah tersebut.
Arum tak ingin pendirian pabrik gula baru di Jatim seperti yang terjadi di Cipiring, Jawa Barat. Pabrik gula itu, ungkap dia, selain memproduksi gula dari tebu petani juga memproduksi gula yang diduga berasal dari bahan baku gula mentah impor dalam jumlah besar.
Ia menjelaskan, berdasarkan data APTRI, pabrik gula milik PT IGN (Industri Gula Nasional) itu pada 2010 mempunyai luas lahan tebu hanya 1.436 hektare dengan produksi gula 6.695 ton.
"Namun, PG itu ternyata juga memiliki produksi gula kristal putih 'ex-raw sugar' sebesar 108.079 ton. Artinya pabrik gula itu hanya lima persen mengolah tebu petani," katanya.