REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Israel berupaya keras membendung aktivis kemanusiaan untuk mendatangi jalur Gaza. Hampir 100 aktivis gagal bertolak ke Palestina melalui Israel lantaran telah dicegah pihak maskapai saat mereka masih berada di bandara negara asal mereka.
Jumat (8/11) lalu, para aktivis batal melakukan perjalanan dengan menggunakan maskapai Jerman Lufthansa dari bandara Charles de Gaulle, Paris, Prancis. Satina, salah seorang aktivis, mengakui saat hendak melakukan check in, petugas memintanya untuk melakukan check in di tempat lain. Belakangan, petugas tidak mengizinkannya untuk check in. "Saat ditanya mereka tidak memberikan pernyataan resmi," katanya.
Sikap serupa juga dilakukan sejumlah maskapai penerbangan lainnya seperti Air France, Alitalia, Malev dan easyJet. Satina bersama sejumlah rekannya segera melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor maskapai tersebut.
Pemerintah Prancis pun dituding menjadi kaki tangan Israel. "Kami dilarang check in tapi mereka tidak memberikan alasan. Mereka hanya bilang kami tidak bisa bepergian," kata Satina dengan nada kecewa.
Juru bicara imigrasi Israel, Sabine Hadad mengakui pihaknya telah memberikan daftar nama 342 orang yang tidak dikehendaki. Pihaknya telah mengingatkan maskapai, apabila masih mengangkut penumpang dengan nama tersebut, maskapai harus menanggung biaya pemulangannya. Ia mengatakan sejauh ini langkah ini efektif karena sudah 200 orang aktivis gagal bertolak ke Israel.
Donzel Jean Claude, juru bicara maskapai Swiss Air menyebutkan aturan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (IATA) dan maskapai sudah jelas. Bila sebuah negara telah mengeluarkan aturan yang menyebutkan seorang tidak diperkenankan memasuki negara tersebut, orang itu tidak akan diizinkan terbang ke negara tersebut.