Kamis 28 Jul 2011 18:03 WIB

MUI Minta Ulama Jauhi Ceramah Bergaya Provokatif

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bengkulu Rusdi Syam mengimbau seluruh pemuka agama Islam di daerah itu untuk tidak memberikan ceramah yang bersifat provokatif. Tetapi harus mencerdaskan dan meningkatkan kualitas umat.

"Tujuan kita ulama adalah mencerdaskan umat dan meningkatkan kualitasnya, sebab jika menyampaikan ceramah yang bersifat provokatif dan adu domba itu bukan ajaran Islam," kata Rusdi dalam sambutannya pada pembukaan silahturahmi da'i se-Kota Bengkulu, Kamis (28/7).

Menurut dia, banyaknya ceramah yang bersifat sentimentil kelompok menjadikan Islam semakin terpuruk di pergaulan nasional dan internasional. Padahal Islam adalah berpotensi untuk menciptakan peradaban.

Da'i, lanjut dia, seharusnya menjadi ujung tombak umat dalam memutuskan dan menghadapi setiap masalah mengingat mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim. Jika pemahaman dan kesadaran ini telah tertanam di hati umat muslim maka MUI tidak perlu repot lagi untuk mengeluarkan fatwa haram terhadap sesuatu yang bertentangan dengan Islam.

Ulama menurutnya adalah rekan sekaligus kelompok yang dapat menjadi penasihat umat dan pemerintah, jika fungsi itu dilakukan maka akan muncul keseimbangan dalam demokrasi, dan juga Islam. Ia juga menambahkan untuk mendukung itu semua dibutuhkan pembinaan para da'i, dialog, dan kekompakan antarulama, apalagi ramadhan adalah momen yang tepat untuk itu.

Namun, katanya, Kota Bengkulu hingga saat ini masih kekurangan ulama dan da'i, sebab kini baru mempunyai 100 orang itupun tidak semua aktif, idealnya satu kelurahan terdapat satu hingga dua orang da'i. Karenanya, kaderisasi da'i sangat diperlukan di daerah ini sehingga perlu membentuk wadah silahturahmi secara rutin untuk mencari bibit baru da'i.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement