Jumat 12 Aug 2011 13:49 WIB

Alquran dan Sains: Mekanisme Penglihatan

Red: cr01
Diagram mata (ilustrasi)
Foto: tutorvista.com
Diagram mata (ilustrasi)

Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal

Pada masa lalu, orang-orang berkeyakinan bahwa penglihatan terjadi sebagai akibat dari sinar yang keluar dari mata yang menimpa obyek suatu benda, sehingga benda itu dapat terlihat oleh mata. Namun setelah adanya perkembangan ilmu pengetahuan, khsususnya yang berkaitan dengan ilmu fisiologi mata, keyakinan itu, dipastikan keliru.

Penelitian yang dilakukan berdasarkan analisa organ mata membuktikan bahwa penglihatan tidak hanya terjadi sebagai akibat dari cahaya yang keluar dari mata dan jatuh menimpa obyek suatu benda, tapi juga didasarkan pada sinar yang dipantulkan oleh obyek tersebut kepada mata.

Proses pemantulan sinar itu, dalam setiap gelombang sinarnya, berlangsung berdasarkan salah satu warna dari tujuh warna pembentuk sinar matahari, yaitu merah, biru, kuning, violet, oranye, hijau dan biru. Tanpa bantuan sinar matahari proses penglihatan tidak bisa dilakukan.

Karenanya, sinar matahari merupakan unsur terpenting bagi proses penglihatan. Dalam keadaan gelap gulita, seseorang tidak dapat melihat sesuatu, karena gelombang atau radiasi warna sinar matahari tidak dapat tertangkap oleh retina, sehingga mata tidak dapat mengambil sinar tersebut untuk melihat obyek benda yang ada di hadapannya.

Atas dasar ini, para ilmuwan berusaha untuk menemukan solusi atas problema ini, dengan meniru sistem penerangan di alam semesta, yaitu dengan menciptakan sistem penyinaran pengganti sinar matahari, sehingga ketika sinar matahari tidak terlihat, manusia masih dapat melihat dengan bantuan sinar buatan tersebut. Dan sebagai hasil dari usaha mereka, kita mendapatkan beragama jenis alat penyinaran, seperti beragam lampu listrik yang diciptakan berdasarkan teknologi tinggi.

Dengan adanya sinar buatan ini atau sinar matahari, proses penglihatan pun bisa terus berlangsung. Secara singkat, proses penglihatan terjadi, ketika suatu sinar yang membawa sinyal dari suatu obyek benda menimpa retina mata dan menggerakkan protein yang terdapat di permukaannya.

Oleh protein ini, sinyal tersebut dikirim melalui sel saraf penglihatan ke pusat saraf penglihatan yang terdapat di otak untuk menerjemahkan sinyal yang diterimanya dalam bentuk perintah yang harus dikerjakan oleh organ tubuh, sebagai respon atas sinyal tersebut.

Tentang hakikat dari mekanisme penglihatan ini dan peranan penting sinar matahari, belum diketahui oleh orang-orang, kecuali setelah adanya kemajuan di bidang fisiologi mata pada era sains ini. Padahal Alquran telah memberikan petunjuknya tentang hal ini, sejak 14 abad yang lalu.

Dalam surah Al-Israa ayat 12, Allah SWT berfirman: "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu (sinar) yang menerangi."

Ungkapan yang menyatakan bahwa siang berfungsi untuk memberikan penerangan dalam firman Allah "dan Kami jadikan tanda siang itu (sinar) yang menerangi" menegaskan hal di atas. Sebagai buktinya, kita dapatkan penggunaan kata subyek ‘mubshir’ yang mengandung arti bahwa siang adalah sumber bagi sinar tersebut.

Tentunya hal ini tidak bertentangan dengan peranan besar yang dimiliki mata dalam proses penglihatan. Karena mata inilah yang menerima dan menangkap sinar yang jatuh dan mengantarkan sinyalnya ke pusat saraf penglihatan yang terdapat di otak melalui sel-sel saraf penghantar. Dalam surah Al-Haaqah ayat 38-39, Allah SWT berfirman: "Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat."

Kalau kita perhatikan, ayat di atas merupakan bukti kuat bagi peranan penting yang dimiliki mata dalam proses penglihatan. Disamping juga merupakan bukti bahwa mata memiliki kemampuan untuk menerima sinar yang ditangkap oleh retinanya, sehingga ia dapat melihat. Sebagaimana yang dimaksud oleh bagian ayat: "dengan apa yang kamu lihat".

Sekaligus bukti bahwa mata tidak mampu untuk menangkap jenis sinar yang lain, yang terlalu kuat atau terlalu lemah, sehingga ia tidak mampu untuk melihat. Ini sesuai dengan bagian ayat yang terakhir: "Dan dengan apa yang tidak kamu lihat."

sumber : Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunnah
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement