REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengungkapkan keberadaan Umar Patek di Pakistan sebelum tertangkap oleh aparat keamanan setempat beberapa waktu lalu adalah untuk memperkuat jaringan terorisme di Indonesia.
Usai bersilaturahim dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/8), Ansyaad mengatakan selain terlibat dalam bom Bali 2002, maka Umar Patek juga terlibat dalam peristiwa bom Natal pada 2000.
Umar patek, lanjut dia, juga memiliki keterkaitan dengan pelaku terorisme di Poso, Palu, dan Bima. "Itu semua pelaku Poso, Palu, Bima, ada kaitan itu. Justru dia di Pakistan untuk memperkuat `channel di sini," ujarnya.
Setelah penangkapan Umar Patek di Pakistan, Ansyaad mengatakan, Polri membidik pelaku terorisme lain yang belum bisa diungkap identitasnya. "Saya tidak bisa berikan, adalah orangnya," ujarnya.
Umar Patek yang telah dipulangkan ke Indonesia kini ditahan di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Pada peristiwa bom Bali 2002, sekitar 200 orang tewas akibat ledakan di sebuah kafe yang sekitar 50 orang di antaranya adalah warga negara Australia yang umumnya sedang berlibur.
Polri kemudian bekerja keras untuk mengungkap peristiwa pemboman tersebut dan Kepolisian Australia ikut mengulurkan tangan mereka antara lain karena terdapat puluhan korban dari negara Kangguru.
Setelah melakukan penyelidikan secara intensif, akhirnya jajaran Polri mulai mendapatkan informasi akurat mengenai keterlibatan Umar Patek tersebut. Dengan bantuan internasional akhirnya tersangka pemboman Bali tersebut terdeteksi di Paskistan dan kemudian bisa dibawa pulang ke tanah air.