REPUBLIKA.CO.ID,AMMAN--Raja Abdullah II dari Yordania pada Ahad menolak skema "tanah air alternatif Palestina" dan mengatakan Kerajaan Arab siap untuk berjuang mempertahankan masa depan, kata kantor berita resmi Petra.
"Yordania tidak akan menjadi negara alternatif bagi siapa saja. Hal ini tidak logis bahwa Yordania menjadi tanah alternatif bagi siapa saja dan kami di sini tidak melakukan apa-apa," kata raja pada pertemuan dengan para intelektual, Minggu.
Beberapa anggota radikal Knesset Israel telah menyerukan akhir-akhir ini untuk membuat Yordania sebagai tanah air alternatif Palestina, suatu hal yang dikecam oleh kerajaan Arab itu, yang telah mendorong untuk pembentukan negara Palestina. "Kita memiliki tentara dan siap untuk berjuang demi negara kita dan masa depan Yordania," kata pemimpin Yordania.
Tidak ada tekanan AS sama sekali di Yordania untuk memecahkan masalah Palestina dengan mengorbankan Yordania, kata pemimpin itu. "Yordania adalah Yordania dan Palestina adalah Palestina. Kami mendukung Palestina dalam membangun negara mereka," katanya.
Pada pertemuan tersebut, pemimpin Yordania mengatakan negaranya akan membela pembentukan sebuah negara Palestina yang merdeka dan implementasi solusi yang adil untuk masalah pengungsi.
Israel menjajah wilayah Palestina dan Tepi Barat Sungai Yordan sejak Perang 1967 dan mendapat penentangan sebagian besar masyarakat internasional atas pendudukannya di wilayah tersebut. Israel terus mengembangkan pembangunan permukiman-permukiman untuk Yahudi di wilayah Arab yang diduduki, dan masalah ini menjadi penghalang perundingan perdamaian Palestina-Israel.
Perundingan tersebut terhenti setelah Israel tidak bersedia menghentikan pembangunan perumahan-perumahan Yahudi di wilayah Palestina, seperti yang disyaratkan Palestina untuk perundingan perdamaian. Palestina akan mengajukan permohonan sebagai anggota tetap PBB - pengakuan sebagai satu negara merdeka - pada Sidang Majelis Umum PBB bulan ini, namun upaya-upaya itu dihalang-halangi Amerika Serikat dan Israel.