REPUBLIKA.CO.ID,KERBALA--Empat ledakan berturut-turut mengguncang kota Kerbala, Irak, Minggu, menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai puluhan lain di luar sebuah kantor pemerintah daerah, dalam serangan yang kata para pejabat dilakukan oleh gerilyawan Al-Qaida. Bom pertama meledak di tengah kerumunan massa penjaga dan warga sipil di depan kantor yang menerbitkan kartu identitas dan paspor, sementara tiga ledakan lain terjadi tak lama kemudian ketika petugas penanganan darurat tiba untuk membantu korban, kata polisi.
Ledakan-ledakan dari tiga bom mobil dan satu bom sepeda-motor itu menghancurkan bagian depan sejumlah rumah dan pertokoan, dan mayat korban terlihat di antara puing-puing bangunan yang berserakan di jalan. Seorang pejabat kepolisian Kerbala mengatakan, 17 orang tewas dalam pemboman itu.
Sejumlah petugas departemen kesehatan mengatakan, 45 orang yang terluka dirawat di rumah sakit utama Kerbala, dan 25 orang lagi dikirim ke sebuah rumah sakit di kota berdekatan Hilla.Mohammed al-Moussawi, ketua Dewan Provinsi Kerbala, menuduh cabang Al-Qaida bertanggung jawab atas serangan itu.
Kerbala, kota suci Syiah yang terletak 80 kilometer sebelah baratdaya Baghdad, sering diserang di masa silam oleh gerilyawan Sunni dengan sasaran peziarah Syiah yang mendatangi tempat suci di kota itu. Serangan Minggu itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.
Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak. Sebanyak 259 orang Irak tewas dalam serangan-serangan pada Juli, angka kematian tertinggi kedua pada 2011. Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.
Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177. Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.
Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.
Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.
Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu.