REPUBLIKA.CO.ID,Misjan (62) duduk di depan Gedung Serba Guna Asrama Haji Pondok Gede. Ia masih menunggu istrinya, Siti Rokhayah (58) yang masih melakukan pemeriksaan dokumen di dalam gedung.
Rekan-rekan Misjan, sudah beberapa diangkut dengan bus untuk dibawa ke asrama haji di wilayah Jakarta Timur ini. Ia memutuskan baru akan ke kamar, setelah bertemu dengan istrinya.
Sejujurnya, ia merasa sangat terharu bisa menunaikan ibadah haji tahun ini. Di balik kaca matanya, sesekali terlihat air muka yang berkaca. Ia tak bisa menyembunyikan betapa bahagianya telah dipanggil untuk bertamu di rumah Allah di Makkah.
Ia termasuk salah satu rombongan haji di embarkasi Jakarta kloter ke 10. Jika tak ada halangan, rombongan ini akan berangkat ke Saudi, Ahad (9/10). Ketika ia mendaftarkan haji di tahun 2009, ia mendapat pemberitahuan baru bisa berangkat tahun 2012.
Ia merasa sangat terkejut ketika jadwal keberangkatannya dimajukan setahun lebih cepat. "Tiba-tiba, beberapa bulan lalu, ada petugas datang ke rumah memberitahu jadwal keberangkatan haji dipercepat di tahun 2011," kata ayah 5 anak ini. Tak menyangka, ia mendapatkan kemudahan mendapat panggilan untuk bertamu ke rumah Allah.
Butuh waktu lama bagi Misjan yang bekerja sebagai tukang reparasi sofa ini untuk mendaftarkan diri berangkat haji. Pendapatannya yang tidak menentu, membuat ia harus menabung hampir puluhan tahun untuk bisa mengumpulkan uang sebagai uang muka pendaftaran haji.
"Saya mulai menabung sedikit-demi sedikit dari tahun 80an, setelah terkumpul, baru daftar haji tahun 2009," ungkapnya terharu. Ia memang sudah sekian lama berkeinginan untuk pergi berhaji dengan sang istri.
Ia baru menabung setelah kelima anaknya selesai mengenyam pendidikan. Saat petugas dari kementrian agama datang memberitahu jadwal keberangkatan haji, Misjan sempat bingung. Masih ada 8 juta yang harus segera dilunasi. "Alhamdulillah, kalau Allah sudah memanggil, semuanya menjadi mudah," ungkap pria asal Kemayoran ini.
Syukur tak henti-hentinya ia ungkapkan atas kemudahan yang didapatkan dalam proses pendaftaran haji. Ia hanya percaya satu hal, jika sungguh-sungguh dan ikhlas, semuanya akan berjalan dengan lancar.
Tiga bulan sebelum keberangkatan haji, Misjan benar-benar mempersiapkan fisik dan mentalnya. Ia sengaja tidak bekerja selama tiga bulan demi kesiapan fisiknya tetap prima ketika di tanah suci.
"Kalau ada yang minta dibenerin sofa, saya bilang sedang ada kerjaan lain. Saya cuma pengin mempersiapkan fisik aja biar kuat," ujarnya. Di tanah suci nanti, ia ingin menghabiskan waktunya untuk beribadah. Ia sengaja tak ingin membawa handphone agar konsentrasi ibadahnya tidak terganggu.
Kebahagiaan tak hanya milik Misjan yang hendak pergi berhaji. Fuad (65), pengantar rombongan haji dari Bank Indonesia turut berbahagia bisa mengantar calon jamaah ke asrama haji ini. Pensiunan pegawai BI ini dipercaya sebagai salah satu orang yang mengelola pendaftaran jamaah haji melalui masjid Bank Indonesia.
"Alhamdulillah ada 59 orang yang ikut rombongan haji tahun ini," katanya yang sudah dua kali berhaji. Ia merasa senang di masa tuanya kini masih dipercaya untuk mengurus pemberangkatan haji.