REPUBLIKA.CO.ID,KATMANDU--Mayoritas penduduk Nepal beragama Hindu. Meski demikian, warga Nepal begitu toleran dengan keberadaan komunitas Muslim di negaranya.
Namun, keharmonisan itu terancam dengan pihak luar. Ancaman itu nyata terlihat dari serangkaian intimidasi yang dilakukan terhadap komunitas Muslim.
"Nepal merupakan saksi keharmonisan antara Hindu dan Muslim. Hanya saja, keharmonisan itu terganggu dengan rangkaian pembunuhan terhadap pemimpin komunitas Muslim oleh pihak luar," papar Sekjen Asosiasi Muslim Nepal, Faizan Ahmed, seperti dikutip Telegraphnepal.com, Sabtu (15/10).
Faizan mengatakan ada pihak luar, tanpa menyebut siapa pihak luar tersebut, yang tidak mengharapkan komunitas Muslim menjadi bagian dari Nepal. Ketidaksukaan itu tercermin dalam pembunuhan terhadap pemimpin Komunitas Muslim Mirza Dil Shad Beg dan Pengusaha Media, Jamin Shah. "Ada indikasi, komunitas Muslim akan mengambil alih pemerintahan. Itu tidaklah benar," katanya.
Indikasi itu, ungkap Faizan, dibenarkan oleh PM Nepal, Baburam Bhattarai saat berinteraksi dengan pemimpin Komunitas Muslim Nepal. PM, kata dia, menyatakan pelaku pembunuhan itu merupakan pihak luar. "Pernyataan PM sungguh jelas, apalagi Nepal rentan terhadap penyusup dari perbatasan," katanya.
Karena itu, Faizan mengharapkan Pemerintah Nepal memberikan perlindungan kepada komunitas Muslim dari intimidasi pihak luar. "Komunitas Muslim mencintai perdamaian. Untuk itu, negara harus menjamin keselamatan komunitas Muslim," tegasnya.
Sementara itu, pemerintah Nepal telah membentuk komisi beranggotakan tiga orang yang dipimpin oleh mantan Hakim Agung Nepal, Rajendra Kumar Bandari. Komisi ini bertugas untuk menyelidiki kasus pembunuhan terhadap pemimpin komunitas Muslim. Hingga kini, komisi tersebut belum berhasil mengidentifikasi pelaku pembunuhan itu.