REPUBLIKA.CO.ID, GROZNY — Satu dekade setelah Kremlin mengusir spratis Chechnya keluar dari wilayah itu, Rusia sangat tergantung pada figur Presiden Chechnya dukungan Kremlin, Ramzan Kadyrov. Sebagai imbalan, Kadyrov diperkenankan untuk memberlakukan hukum syariah di wilayahnya.
Implementasi dari imbalan tersebut, Kadyrov melarang iklan-iklan yang menampilkan sosok perempuan tanpa jilbab di Chechnya. Untuk mengkontrol hal itu, Kadyrov menerjunkan sejumlah pasukan untuk merazia setiap iklan yang berada di setiap sudut Grozny.
Apabila ditemukan ada iklan yang melanggar, mereka segera mencabut izin iklan tersebut atau menutupi rambut atau bagian tubuh perempuan yang dijadikan latar iklan.
Seorang penata rambut mengaku pernah melihat langsung aparat keamanan Chechnya merubuhkan iklan dengan perempuan tanpa hijab. Kepada masyarakat yang melihatnya, mereka mengatakan bahwa iklan yang terpampang tanpa hijab dilarang.
“Kamu merasa ketakutan, hingga beberapa iklan yang terpampang di salon, kami tutupi,” kata dia sembari menujuk iklan sebuah produk yang menampilkan dua perempuan tanpa hijab.
"Itu mengerikan. Sekitar tujuh aparat pemerintah datang untuk meminta kami mengubah iklan atau izin usaha kami dicabut,” ungkap pemilik toko pakaian Italia, Mariana.
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) menilai kebijakan itu dianggap melanggar HAM. Menurutnya, Chechnya merupakan bagian dari Rusia, karena itu aturan yang diterapkan Chechnya seharusnya mengikuti aturan federasi Rusia.
Juru bicara Kadyrov membantah pihaknya telah mengeluarkan perintah tersebut. “Pemerintah tidak memiliki kebijakan seperti itu,” kata dia.