Senin 14 Nov 2011 08:01 WIB

Wajah Israel, Dongkrak Terus Nuklirnya Sekaligus Ajak Dunia Serang Iran

Tentara Israel mengangkat hulu ledak nuklir ke truk militer dan tampak Yahudi ortodok menunjukkan dukungan kepada tentara.
Foto: http://www.nogw.com/ilweapons.html
Tentara Israel mengangkat hulu ledak nuklir ke truk militer dan tampak Yahudi ortodok menunjukkan dukungan kepada tentara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -  Sehubungan dengan "ambisi nuklir" Iran, tanpa kenal lelah dan tanpa pernah malu pemerintah Yahudi di Tel Aviv terus mengajak dunia untuk menyerang negara Persia tersebut. Bahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Ahad (13/11), menyeru semua pemerintah dunia agar tak tak menyia-nyiakan waktu dalam menghentikan upaya Iran mempersenjatai diri dengan senjata nuklir.

Netanyahu, menurut AFP, berbicara dengan para menteri dan media sebelum mengadakan pertemuan tertutup dengan kabinetnya guna membahas laporan dari Badan Pengawas Atom PBB atau IAEA--yang menyatakan lembaga itu "memiliki keprihatinan serius mengenai kemungkinan dimensi militer" dari program nuklir Iran.

Laporan 25 halaman IAEA pada Selasa (8/11), yang dibuat selama satu dasawarsa, menambah kuat keyakinan semua musuh Iran. Badan Pengawas Atom PBB tersebut menyatakan ada bukti yang dapat dipercaya bahwa "Iran telah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir" setidaknya sampai akhir 2003.

Itu adalah suatu bukti paling keras yang pernah dikeluarkan mengenai kegiatan nuklir Iran. Gedung Putih menyatakan laporan tersebut "menakutkan".

Umpan telah dilontarkan, dan perdana menteri Yahudi berpendapat laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) "mengkonfirmasi dugaan banyak negara di dunia, termasuk Israel, bahwa Iran secara sistematis sedang membuat senjata nuklir".

"Setiap pemerintah yang bertanggung jawab di dunia harus sampai pada kesimpulan nyata itu," ia menambahkan sebagaimana dikutip AFP. "Masyarakat internasional harus, dengan cara yang tepat, menghentikan upaya Iran guna melengkapi diri dengan senjata nuklir --persaingan yang membahayakan perdamaian di seluruh dunia."

Israel, yang justru diduga kuat menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki nuklir, malah menuduh Iran berusaha membuat senjata atom "dengan kedok program nuklir sipil".

Teheran tentu saja membantah tuduhan tersebut dan balik menuduh negara Yahudi itu berusaha menyabot program nuklir sipilnya dengan membunuh para ilmuwan nuklir Teheran. Media Israel dalam beberapa pekan belakangan heboh dengan pembicaraan di kalangan politisi atas usulan serangan "pre-emptive (mendahului)" terhadap instalasi nuklir Iran.

Netanyahu dan Menteri Pertahanannya Ehud Barak dilaporkan secara sungguh-sungguh mempertimbangkan tindakan tersebut. Bahkan Presiden Israel Shimon Peres --yang selalu diagul-agulkan sebagai tokoh "beraliran lunak (dovish)"-- ikut bersuara tentang kemungkinan serangan Israel ke Iran.

Shimon Peres dilaporkan mengatakan ada "kemungkinan besar" Israel dan negara lain akan "menyerang Iran".

Spekulasi mengenai serangan oleh negara Yahudi terhadap Iran beredar tak lama setelah IAEA menyiarkan laporannya.

Namun pengulas di media Israel telah menyatakan kuatnya laporan tersebut dapat meningkatkan tekanan atas Iran sehingga bisa mengurangi kemungkinan serangan Israel dalam waktu dekat.

Pendapat itu dilatarbelakangi oleh tindakan Presiden AS Barack Obama --yang meyerukan sanksi baru dan pengucilan terhadap Iran sehubungan dengan program nuklirnya.

Tapi Rusia dan China, yang juga adalah anggota tetap pemegang hak veto di Dewan Keamanan PBB dapat memveto upaya AS, sejauh ini menaggapi laporan IAEA tersebut dengan dingin.

Awal November, Gilad Atzmon --penulis, pegiat politik, novelis dan pemain saksofon jazz Inggris kelahiran Israel-- mempertanyakan mengapa Israel memerlukan rudal antarbenua. Atzmon dilahirkan pada 9 Juni 1963.

Ia khawatir jawaban dari pertanyaan tersebut sangat merusak. Israel mendefinisikan diri sebagai Negara Yahudi. Israel dibentuk oleh kebudayaan Yahudi dan dikemudikan oleh ideologi Yahudi.

Tapi Israel juga dikendalikan oleh kondisi mental kolektif yang unik yang disebut "Pre Traumatic Stress Disorder (Pre-TSD)". Tindakan Israel saat ini dibentuk oleh trauma fantasi khayalan masa depan.

Berwajah dua

Sementara itu, di satu sisi Israel menganjurkan dunia menyerang Iran. Si sisi lain Israel, menurut laporan satu komisi independen Inggris yang diterbitkan oleh harian Guardian, sedang mengembangkan jangkauan rudalnya, Jericho 3.

Israel sedang berusaha meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya, demikian laporan komisi independepn Trident di Inggris sebagaimana dilaporkan oleh Guardian awal November. Menurut laporan tersebut, Israel sedang mengembangkan daya jelajah dan jangkauan rudalnya Jericho 3 dari darat ke darat, sehingga negara Yahudi itu bisa memiliki kemampuan rudal antarbenua.

Rudal antarbenua biasanya dianggap sebagai rudal dengan jarak jelajah sekitar 5.000 mil. Israel juga dilaporkan sedang berjuang meningkatkan dan mengembangkan kemampuan rudal jelajahnya, yang dirancang untuk diluncurkan dari kapal selam. Israel saat ini memiliki tiga kapal selam dan dua lagi sedang dibuat di Jerman. Israel dan Jerman bahkan sedang mengadakan pembicaraan mengenai pembuatan kapal selam keenam.

Menurut laporan media, kapal selam Israel dimaksudkan untuk memberi Israel pilihan nuklir "sebagai serangan kedua". Itu berarti Israel dapat menyerang balik dengan menggunakan senjata nuklir dari kapal selam yang berada di lokasi tersembunyi di laut bahkan jika senjata nuklirnya yang disimpan di darat terancam dalam serangan nuklir musuh.

Israel baru-baru ini menyelesaikan pelatihan pertahanan sipil besar-besaran di daerah Tel Aviv yang bertujuan mensimulasi satu tanggapan terhadap serangan rudal konvensional dan nonkonvensional.

Israel juga berhasil melakukan uji coba satu rudal balistik, yang dikatakan oleh seorang pejabat Kementerian Pertahanan Yahudi kepada media sebagai satu "uji coba satu sistem pendorong roket" yang telah lama direncanakan.

Di tempat lain juga beredar laporan bahwa negara nuklir dunia sedang merencanakan untuk mengeluarkan lebih dari 800 miliar dolar AS dalam beberapa tahun ke depan untuk memodernkan dan meningkatkan kemampuan simpanan nuklir mereka.

Amerika Serikat sendiri diberitakan akan mengeluarkan 700 miliar dolar AS untuk proyek semacam itu. Negara lain yang dilaporkan akan menanam modal dalam peningkatan simpanan senjata nuklir mereka adalah Rusia, China, Pakistan, India, Israel, Prancis dan Inggris. Tak satu pun di antara mereka itu adalah negara Arab dan selain Pakistan, tak ada lagi negara Muslim.

Israel dipandang Ancaman

Meskipun Israel selalu merasa "terancam", satu jajak pendapat pada awal November oleh Komisi Eropa memperlihatkan Israel justru dipandang oleh rakyat di 15 negara Eropa sebagai ancaman terbesar bagi perdamaian dunia, lebih besar dari Korea Utara, Afghanistan atau bahkan Iran.

Sebelum Komisi Eropa bermaksud menyiarkan hasil jajak pendapatnya, International Herald Tribune melaporkan 7.500 orang yang tinggal di negara anggota Uni Eropa dan ditanyai --500 di masing-masing dari 15 negara anggota perhimpunan tersebut-- apakah semua negara itu menimbulkan ancaman terhadap dunia. Secara mengejutkan, mereka menempatkan Israel di posisi pertama.

Di tempat lain seorang penulis, L. Vincent Poupard, menyatakan semua anggota PBB mesti segera bertindak dengan mengecam Israel, sebab negara Yahudi tersebut cuma membuat heboh dunia dan berusaha memperoleh dukungan internasional untuk menyerang Iran.

Kalau saja PBB bertindak sekarang juga, kata Poupard, untuk membungkam negara itu setidaknya untuk sementara, maka perang mungkin bisa dihindari.

Israel sendiri menyatakan negara tersebut siap menyerang Iran, dan Presiden AS Barack Obama dipandang sebagai orang yang dapat menghentikan negara Yahudi itu melaksanakan niatnya, kalau saja ia mau mengatakan, "Tidak!".

"Yinon Plan"

Pada 1982, penasehat senior Kementerian Urusan Luar Negeri Israel, Oded Yinon, mengeluarkan dokumen yang mengungkapkan upaya bagi dominasi di wilayah tersebut.

Dokumen itu, yang dipandang masih relevan pada saat ini, berjudul "A Strategy for Israel in the 1980s", dan diterjemahkan, diedit serta diberi judul baru "The Zionist Plan for the Middle East" oleh Profesor Israel Shahak (1933-2001). Shahak adalah orang yang lama menjadi pegiat, pengulas dan pengeritik vokal bagi Israel.

Ada dua konsep dasar dalam dokumen tersebut, pertama agar bisa bertahan hidup, Israel harus mendominasi wilayah itu dan menjadi kekuatan dunia. Kedua, keberhasilan memerlukan pemecahan negara Arab jadi negara kecil.

Strategi ini menerapkan konsep Balkan yakni memecah  berdasarkan suku dan aliran agama sebagai satelit Israel, serta menentukan bagian yang bisa dikendalikan. Gagasan itu mencontoh sistem yang diterapkan oleh Bani Usman (Ottoman); Berdasarkan konsep tersebut pemerintah lokal mengendalikan masyarakat dengan identitas suku berbeda.

Tindakan Israel merebut Dataran Tinggi Golan 1967 dan serbuan ke Lebanon 1982 juga mengikuti rencana tersebut. Sementara itu Yinon menyatakan kesempatan yang berjangkauan jauh yang untuk pertama kali muncul sejak 1967 --yang tercipta melalui situasi yang sangat berbahaya di sekeliling Israel-- hidup kembali setiap kali Israel menghendaki.

Metodenya meliputi sifat agresif "pre-emptive" terhadap Palestina dan negara regional, dan menjadikan mereka sebagai sasaran akhir untuk dibuat lemah, terpecah, terbelah dan tertata-kembali di bawah kendali Israel.

Dengan mengutip tahap dini era baru, Yinon mengatakan, "Keberadaan, kemakmuran dan keteguhan Israel tergantung atas kemampuannya menyesuaikan diri dengan kerangka kerja baru bagi urusan dalam dan luar negerinya." Itu semua dilandasi atas diperolehnya bahan yang diperlukan melalui perpecahan dunia Arab dan peran sumber daya yang bisa ditaklukkan oleh Yahudi.

"Semua negara Arab di sebelah timur Israel tercabik, terkoyak dan dirongrong oleh konflik dalam negeri bahkan lebih besar dibandingkan dengan negara di wilayah Maghribi --Marokko, Aljazair, Tunisia, Libya, Mauritania dan Sahara Barat.

Semua negara Arab dibangun berupa istana pasir yang rapuh dan menyimpan minyak," katanya. "Jordania pada kenyataannya adalah Palestina, Amman sama dengan Nablus."

Negara Muslim lain sama saja. Separuh penduduk Iran berbicara bahasa Persia, sisanya orang Kurdi. Separuh warga Turki adalah pemeluk Sunni, sisanya Alawi Syiah dan Kurdi Sunni. Saat ini, perpecahan di Afghanistan lebih jelas lagi, termasuk suku Pashtun, Tajikistan, Hazara, Uzbekistan, Turkmenistan dan lain-lain. Pakistan juga terdiri atas orang Punjabi, Pashtun, Sindhi, Seraiki, Muhajir, Baluchistan dan lain-lain, kata Yinon.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement