REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China akan menjadi tuan rumah pertemuan pejabat tinggi bersama Rusia dan Iran membahas isu nuklir. Menurut Kementerian Luar Negeri China, Rusia dan Iran akan mengirim Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) mereka ke Beijing dalam pertemuan yang akan digelar pada Jumat (14/3/2025).
Ikatan antara Iran dan Rusia menguat sejak pecahnya perang di Ukraina pada 2022 lewat penandatanganan kerja sama strategis pada Januari 2025. Keduanya pun diketahui memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan China.
Ketiga negara pada pekan ini menggelar latihan militer bersama di Teluk Oman. Latihan militer bersama itu memicu spekulasi sebagai respons atas ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap Iran terkait program nuklir.
Juru bicara Kemenlu China Mao Ning pada Rabu (12/3/2025), menginformasikan bahwa, Wamenlu China Ma Zhaoxu akan menjadi tuan rumah pertemuan tersebut. Pertemuan bersamaan dengan digelarnya pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB di New York membahas isu pengayaan uranium Iran.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi pada Senin (3/3/2025) mengungkapkan bahwa, Iran saat ini mengalami lonjakan produksi uranium di level 60 persen. Iran diprediksi bisa meningkatkan pengayaan uraniumnya ke level bom nuklir atau 90 persen dan mampu memproduksi enam bom nuklir dalam waktu yang cepat.
"Merujuk laporan terkahir saya, stok uranium U-235 Iran meningkat hingga 60 persen telah bertambah 275 kilogram, naik 182 kilogram dalam tiga bulan terakhir. Iran satu-satunya negara non-nuklir yang melakukan pengayaan uranium pada level ini, membuat saya sangat khawatir," kata Grossi dalam sebuah pernyataan dikutip Anadolu.
