REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Tentara Mesir dikerahkan untuk membantu pengamanan pemilihan umum anggota parlemen yang dimulai Senin, di tengah ancaman aksi protes sebagian kelompok pro demokrasi.
"Dewan Tertinggi Militer (SCAF) memerintahkan pengarahan tentara untuk membantu pihak kepolisian mengamankan seluruh tempat pemungutan suara," kata Jenderal Ismail Otman, anggota SCAF, di Kairo, Senin.
SCAF juga memberi jaminan keamanan bagi para hakim sebagai pengawas pemilu, katanya.
Sebanyak 4.765 hakim akan mengawasi pemilu anggota Majelis Syaab (DPR) dan Majelis Syura (MPR) dari hari pertama pemilu hingga berakhir pada 11 Februari 2012.
Pemilu anggota parlemen ini akan berlangsung dalam tiga gelombang, setiap gelombang dilakukan dua hari pemilihan. Gelombang pertama ini dilangsungkan di sembilan provinsi, termasuk Kairo dan Iskandariyah, dari 27 provinsi di negara Piramida tersebut.
Pemilu di Kairo dan Iskandariyah -- dua kota yang menjadi aksi protes sejak dua pekan lalu yang menewaskan 41 orang -- sebelumnya diisukan akan ditunda, namun Ketua Komisi Pemilihan Umum, Abdul Muis Ibrahim membantah isu tersebut.
Meskipun terjadi aksi protes yang menolak pemilu dan menuntut pengalihan kekuasaan SCAF ke pemerintahan sipil, namun sejauh ini para politisi calon anggota parlemen dilaporkan tidak satupun mengundurkan diri.
Ikhwanul Muslimin, kekuatan utama politik Mesir pasca revolusi yang menumbangkan rezim Mubarak pada Februari lalu, menyatakan dukungan terhadap SCAF untuk melangsungkan pemilu di tengah aksi protes.
Organisasi Islam yang di masa Mubarak digolongkan sebagai organisasi terlarang itu diduga kuat akan memenangkan pemilu pertama pasca Mubarak tersebut.
Kendati demikian, para pengulas berita memperkirakan bahwa kemungkinan tidak ada kekuatan politik yang akan meraih kemenangan mutlak dalam pemilihan tersebut. SCAF telah menyerukan kepada pemilik hak pilih yang berjumlah lebih dari 30 juta orang untuk menggunakan hak pilih sesuai hati nurani.
Sementara itu, ribuan pemprotes anti pemerintah saat ini masih menduduki Bundaran Tahrir, ikon revolusi Mesir di pusat kota Kairo. Di sisi lain, aksi sejuta umat pro pemerintah pada Jumat dan Sabtu lalu juga melakukan unjuk rasa di Bundaran Abbasia, sekitar 10 km arah timur Tahrir.