REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO — Perdana Menteri Gaza Ismail Haniyah melakukan kunjungan pertamanya di Mesir pada Senin, (26/12) sejak Hamas mengambil alih Gaza pada 2007 lalu. Pertemuan perdana menteri dari Hamas dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir tentu saja membuat Israel merasa geram karena terancam keberadaannya.
Dalam kunjungannya itu, Haniyah mendiskusikan politik di Timur Tengah dengan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohammed Badie di Kairo. Di Mesir, Ikhawanul Muslimin muncul sebagai pemenang terbesar dalam pemilu parlemen pertama pasca-pemberontakan di Mesir.
Mereka mencapai suara mayoritas dengan menguasai hampir setengah kursi parlemen. Hamas sendiri dianggap sebagai cabang dari Ikhawnul Muslimin yang berada di Palestina.
Haniyah mengatakan, Hamas adalah gerakan jihad yang merupakan bagian dari Ikhwanul Muslimin yang berjuang menghadapi Israel dalam wajah Palestina. "Kunjungan kami menemui Ikhwanul Muslimin akan membuat bingung dan takut Israel,” katanya di Kairo, Senin, (26/12).
Kedekatan Hamas dengan Ikhwanul Muslimin, ujar Haniyeh, memang akan mengancam entitas Israel. Selain itu, rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah merupakan masalah strategis yang tidak perlu dipersoalkan oleh AS dan Israel.
Haniyah menambahkan, dirinya melakukan kunjungan ke Mesir setelah melihat berbagai perubahan politik yang terjadi di negara-negara di Timur Tengah.