Selasa 17 Jan 2012 14:19 WIB

Dagestan, Negeri Islam di Rusia (2)

Rep: Devi Anggraini Oktavika/ Red: Chairul Akhmad
Para siswa sebuah madrasah Islam di Dagestan tengah belajar membaca Alquran.
Foto: telegraph.co.uk
Para siswa sebuah madrasah Islam di Dagestan tengah belajar membaca Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, DAGESTAN –  Sejarah Dagestan mencatat awal tahun 1980-an hingga abad 20 sebagai era kejayaan atheisme. Pada masa itulah nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan agama ditolak. Penolakan itu berakibat runtuhnya kebudayaan berbasis agama di Dagestan, serta tercabutnya akar agama itu sendiri.

Kala itu, penguasa Rusia meninggalkan praktik-praktik ritual dan pendidikan Islam, serta hanya sedikit mencampuri sistem peradilan (yang mempertahankan masjid-masjid, sekolah-sekolah umum/agama, dan pengadilan syariah).

Di masa yang sama, formasi sosial-ekonomi yang baru mulai dibentuk pada Oktober 1917. Formasi itu memperkecil peradaban Islam dan menyingkirkannya secara keseluruhan dari lingkungan negara, kehidupan ekonomi politik, dan keseharian serta praktik-praktik ritual masyarakat Dagestan.

Terbentuknya Pemerintahan Soviet menandai sebuah sikap baru terhadap agama. Bolsheviks (faksi dari sebuah partai Rusia berpaham Marxisme) menekan para ulama dan menutup masjid serta madrasah.

Menurut informasi yang dikutip Shikhsaidov, sebelum revolusi, Dagestan memiliki sekitar 10.000 sekolah Muslim yang berfungsi. Jumlah tersebut mencakup 2.311 madrasah resmi, 1.700 masjid, 5.000 orang mullah, dan 7.000 muta'allim (siswa Islam). Masjid-masjid memiliki sekitar 35-100 hektar tanah wakaf.

Pada 1988, hanya tersisa sekitar 27 masjid yang berfungsi dan, menurut statistik resmi, tidak satu pun madrasah atau maktab tersisa. Tidak pula institusi pelatihan ulama atapun sekolah Alquran dan bahasa Arab. Sekolah-sekolah Muslim di sejumlah desa di Dagestan (terutama di Aar, Dargin, dan distrik-distrik Kumyk) yang bertahan mengajarkan Alquran dan bahasa Arab secara sembunyi-sembunyi.

Lalu, pengesahan hukum tentang Kebebasan Organisasi Hati Nurani dan Agama oleh USSR Soviet pada 1990 dan oleh Soviet Republik Dagestan pada Mei 1991 membuka tahap baru proses re-islamisasi negara tersebut. Proses itu ditandai oleh pembukaan bangunan-bangunan agama.

Juli 1995, terdapat 25 madrasah pendidikan ulama dan 1270 masjid di Dagestan. Lebih dari 850 diantara masjid-masjid itu resmi dan terdaftar. Bersama bangunan masjid-masjid itu, ada 650 sekolah dan kelompok Islam yang melatih pemuda tentang dasar-dasar agama, ditambah 2.200 imam dan muazin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement