REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sanksi yang diberlakukan negara-negara Uni Eropa (UE) terhadap Iran tampaknya bisa menjadi "senjata makan tuan". Parlemen Iran sedang berupaya agar negara Para Mullah itu menghentikan ekspor minyaknya ke Eropa paling cepat pekan depan.
Menurut Wakil Ketua Majelis Keamanan Nasional dan Komisi Kebijakan Luar Negeri, Hossein Ebrahimi, parlemen akan membahas aturan untuk menutup keran ekspor minyak ke Uni Eropa. Langkah itu ditempuh Iran menyusul keputusan para menteri luar negeri UE yang menetapkan akan menghentikan impor minyak dari Iran pada 1 Juli dan membekukan aset bank sentralnya.
Parlemen Iran tampaknya tak ingin memberi kesempatan bagi UE untuk mencari pengganti minyak yang biasa impor dari negaranya. Padahal, UE mengimpor sekitar 18 persen minyaknya dari Iran pada 2011. Jika Iran menghentikan ekspor minyaknya pekan depan, maka 27 negara anggota UE akan mengalami krisis energi. Jika itu terjadi, maka Eropa akan semakin menderita, setelah krisis ekonomi melilit benua itu.