REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengecam Presiden Palestina Mahmud Abbas. Netanyahu menilai Abbas memilih meninggalkan jalur perdamaian jika ia melaksanakan perjanjian rekonsiliasi dengan Hamas yang ditandatangani pada Senin.
Netanyahu menyampaikan peringatan itu tak lama setelah Abbas dan pemimpin Hamas, Khaled Meshaal, menandatangani perjanjian. Kesepakatan yang diteken di Doha, Qatar, itu menetapkan Abbas sebagai kepala pemerintah sementara. Abbas mengemban tugas mempersiapkan pemilihan umum tahun ini.
Hamas menyetujui proposal Qatar bahwa Presiden Palestina dari gerakan Fatah, Mahmoud Abbas, akan bertugas sebagai Perdana Menteri Palestina mendatang di samping tugasnya saat ini. Abbas akan berperan dalam pemerintahan persatuan interim Palestina. Dia akan mempersiapkan pemilihan umum di Tepi Barat dan Gaza.
Abbas bertemu Khaled Meshaal pada Ahad (5/2) lalu. Mereka berhasil mencapai perjanjian rekonsiliasi yang hampir satu tahun lalu macet. Pertemuan tersebut sebagai upaya mengakhiri lebih dari empat tahun pemerintahan yang terpisah.