REPUBLIKA.CO.ID, Tidak ada pilihan bagi Fatimah selain harus meningkatkan segala kemampuan dan kesabaran dalam menanggung segala beban penderitaan dengan semata-mata karena mengharap ridha Allah SWT.
Dengan setia dia mendampingi ayahnya untuk menggantikan peran ibunya, Khadijah. Oleh karena itu, ia diberi gelar dengan Ummu Abiha, ibu bagi ayahnya.
Fatimah Dilamar Ali bin Abi Thalib
Suatu ketika Ali bin Abi Thalib datang ke rumah Rasulullah SAW berniat untuk melamar Fatimah Az-Zahra.
Nabi SAW bertanya pada Ali, "Apakah engkau mempunyai sesuatu."
Ali menjawab, "Tidak, wahai Rasululah."
Nabi bertanya lagi, "Di mana baju besi yang dulu aku berikan kepadamu."
"Masih ada padaku,"
"Berikan baju besi itu kepada Fahtimah sebaga mahar!"
Ali kemudian bergegas pulang dan segera kembali dengan membawa baju besinya itu. Nabi SAW lalu menyuruh Ali menjual baju besi itu sebagai biaya pernikahannya. Baju besi itu dibeli Utsman bin Affan dengan harga 470 dirham. Uang itu pun kemudian dibelikan wangi-wangian dan perlengkapan mempelai. Kaum Muslimin menyambut gembira pernikahan Az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib.
Belum genap setahun pernikahannya, Fatimah dikaruniai anak bernama Hasan. Nabi SAW sendiri yang membacakan azan di telinga cucunya itu. Berselang satu tahun usia Hasan, lahirlah anak ke-2 mereka, Husain, pada bulan Syaban tahun ke-4 Hijriyah.
Pada tahun ke-5 Hijriyah, Fatimah kembali melahirkan seorang anak perempuan yang oleh Nabi SAW dberi nama Zainab. Dua tahun kemudian lahir kembali seorang anak perempuan yang diberi nama Ummu Kultsum.
Demikian Allah memberikan nikmatnya yang besar kepada Fatimah dengan menjadikannya sebagai penerus keturunan Nabi-Nya dan menjadikannya sebagai keturunan paling mulia yang pernah dikenal manusia.
Rasulullah SAW sangat menyayangi Fatimah. Beliau pernah bersabda, "Sungguh Fatimah bagian dariku. Siapa yang membuat dia marah, berarti telah membuat aku marah."
Meski demikian, hal itu tidak menghalangi Nabi SAW untuk mengecam dan memperingatkan Fatimah dengan tegas bila ternyata dia berbuat sesuatu yang menyimpang. Sebab, Rasulullah tidak dapat menolak azab Allah sedikit pun dari dirinya. Bahkan Nabi SAW pernah memperingatkan dengan tegas bahwa jika Fatimah mencuri, Nabi sendiri yang akan memotong tangannya.
Lebih dari itu, walaupun Nabi SAW sangat menyayangi Fatimah (meski Fatimah hidup serba kekurangan), Nabi tetap lebih mendahulukan membantu orang-orang fakir dan mereka yang membutuhkan daripada memanjakan putri kesayangannnya itu.
Fatimah yang meninggal pada usianya yang ke-27 itu adalah seorang wanita yang dalam setiap gerak kehidupannya merupakan teladan yang patut ditiru, sebagai figur contoh seorang istri yang salehah dan sabar dalam menjalin hubungan baik dengan tetangga dan kerabatnya. Dan sebagai figur ibu teladan dalam mendidik putra-putrinya.