REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Iran beralih ke sistem barter dengan menawarkan emas batangan sebagai pembayaran impor pangannya. Iran dikabarkan kesulitan membayar impor sehingga berkontribusi terhadap kenaikan tajam harga bahan pangan. Tentu saja, hal ini menyebabkan kesulitan ekonomi bagi rakyat Iran yang akan melakukan pemilihan umum 2 Maret mendatang.
Sanksi baru yang diberlakukan AS tidak melarang perusahaan luar negeri mengekspor ke Iran, tetapi membuat kesulitan untuk melaksanakan transaksi keuangan internasional untuk membayar impor tersebut. Survei Reuters kepada pedagang komoditas di seluruh dunia menunjukkan, sejak tahun ini Iran mengalami kesulitan mengimpor kebutuhan dasar seperti beras, minyak goreng, pakan ternak dan teh.
Kapal berisi gandum yang telah sampai di pelabuhan Iran menolak untuk membongkar muatan sampai pembayaran dilakukan. Sebelumnya kapal ini berhasil tidak terpengaruh atas sanksi karena melakukan pembayaran melalui Uni Emirat Arab.
Mata uang Iran, Rial, merosot sehingga menyebabkan harga beras, roti dan daging di pasar-pasar Iran menjadi dua kali lipat dalam beberapa bulan terakhir. Iran pernah melakukan perdagangan minyak menggunakan mata uang lain seperti mata uang Jepang (Yen), mata uang Korea (won) dan mata uang India (rupee), tetapi ternyata sulit bagi Iran untuk memeroleh keuntungan.
Tampaknya, Iran akan melakukan penawaran barter untuk menghindari sanksi. ”Gandum akan dibayar dengan emas batangan dan persetujuan barter ditawarkan,” kata seorang pedagang Eropa yang tidak disebut namanya. Menurut pedagang tersebut, beberapa kantor dagang terlibat melakukan penawaran tersebut.