REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengakui sempat berbeda pendapat dengan Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum, dalam masalah nasib Muhammad Nazaruddin. Anas meminta agar Nazaruddin tidak dipecat dan dibiarkan mengundurkan diri sebagai bendahara partai. Namun, SBY meminta Nazaruddin dipecat dari Demokrat.
SBY mengakui pertemuan antara dirinya, Anas, dan Nazaruddin di Cikeas, Bogor, pada 23 Mei 2011 silam. Pertemuan saat itu membahas mengenai berbagai kasus yang menimpa Nazaruddin.
"Saat itu yang bersangkutan (Nazar) tidak bersedia mundur karena berbagai alasan. Saya sudah mengambil ancang-ancang kalau yang bersangkutan tidak bersedia mundur, maka lebih baik kita berhentikan," kata SBY dalam acara silaturahim dengan wartawan di Istana Presiden, Jakarta, Senin (13/2) malam.
Namun, ungkap SBY, Anas saat itu menyarankan agar SBY tidak mengambil langkah tersebut karena Nazar sudah bersedia mundur. SBY mengaku sempat marah dengan pernyataan Nazaruddin yang bertele-tele. Yudhoyono akhirnya mengambil keputusan memecat Nazaruddin dari Demokrat.
"Yang bersangkutan berbicara tidak jelas, ke kiri dan ke kanan. Saya marah karena tidak sesuai yang dijanjikan. Tidak lama setelah pertemuan itu, saya putuskan Dewan Kehormatan (Partai Demokrat) memberhentikan yang bersangkutan," ujar SBY.