REPUBLIKA.CO.ID, Tasawuf dan sastra mempunyai hubungan yang sangat mesra karena kedekatan antara pengalaman sufistik dengan pengalaman estetis seorang seniman. Ilmu tasawuf juga menjelaskan perihal wilayah esoteris manusia dengan Sang Pencipta.
Di sisi lain, ketika seorang sufi 'mabuk' dalam luapan spiritual, maka sastralah yang menjadi medium bagi para sufi untuk mengutarakan isi hatinya dan pemikiran-pemikiran tasawufnya.
Puisi sebagai salah satu genre sastra menjadi perangkat yang paling laris digunakan oleh sufi untuk menumpahkan segenap gelegak jiwanya, pengalaman spiritualnya, dan konsep tasawufnya.
Mulai dari Rabi'ah Al-Adawiyah, Dzun Nun Al-Mishri, Sumnun bin Hasan Basri, Abu Yazid Al-Bustami, Saqiq Al-Balkhi, Sari As-Saqati, Junaid Al-Baghdadi, Abu Bakar Asy-Syibli, Abul Hasan An-Nuri, Mansur Al-Hallaj, Niffari, Abul Qasim As-Sayyani, Ahmad Al-Ghazali, dan lain-lain.
Prof Abdul Hadi WM malah mencatat bahwa pada abad ke-10, Ja'far Al-Khuldi (wafat 939 M) menghimpun syair-syair sufi Arab sejak abad ke-8 hingga abad ke-10 M. Di dalam antologinya, ia berjaya menghimpun ribuan puisi karya 130 penyair sufi. Sayang sekali, naskah asli buku Ja'far Al-Khuldi itu sudah hilang dan belum lagi dijumpai hingga kini. Hanya sebagian kecil puisi-puisi tersebut dapat dijumpai dalam naskah buku penulis sufi yang lain.
Banyaknya bilangan penyair sufi yang sajak-sajaknya dihimpun oleh Ja'far Al-Khuldi menunjukkan bahwa perkembangan kesusastraan sufi sangat marak sejak abad ke-8 hingga pada abad-abad selanjutnya.
Kesusastraan sufi Arab juga mencapai puncak perkembangannya dengan munculnya penulis-penulis prolifik dan pemikir tasawuf terkemuka seperti Ibnu Arabi, Sustari, Sadruddin Al-Qunyawi, Ibnu Atha'ilah As-Sakandari, Ibnul Farid, Ibnu Tufail, Qusyairi, Imam Al-Ghazali, Najamuddin Dayah, dan lain-lain. Pada masa itu, tasawuf juga berkembang dengan suburnya di sebagian besar negeri Islam.
Dan, kesusastraan sufi bertambah subur perkembangannya dengan munculnya penulis-penulis sufi Parsi terkemuka seperti Sana'i, Abu Sa'id Al-Khayr, Baba Kuhi, Baba Tahir, Fariduddin Attar, Ruzbihan Baqli, Jalaluddin Rumi, Nizami Al-Ganjawi, Fakhrudin 'Iraqi, Nasir Khusraw, Sa'di, Suhrawardi, Mahmud ash-Shabistari, Maghribi, Jami, dan Karim Al-Jili.
Dan salah satu tokoh dalam deretan ini adalah Syekh Abu Isma'il Abdullah Al-Ansari Al-Harawi (wafat 481 H/1088 M), yang tak lain adalah penulis kitab Manazilus Sa'irin, sebuah karya tasawuf yang bercorak sastra. Lebih tepatnya, bagaimana penulis menggunakan puisi sebagai medium untuk mengeksplorasi konsepnya.