Rabu 15 Feb 2012 14:46 WIB

'Hacktivist' Retas Website Perusahaan Gas Air Mata AS

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ramdhan Muhaimin
Demonstran Mesir yang terkena gas air mata yang ditembakkan polisi Mesir ketika revolusi berlangsung.
Demonstran Mesir yang terkena gas air mata yang ditembakkan polisi Mesir ketika revolusi berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, PENNSYVANIA - Seorang Peretas (Hacker) yang menggunakan anonim gerakan 'Hacktivist' telah meretas sebuah perusahaan gas air mata milik badan pertahanan Amerika Serikat (AS). Tindakan ini diklaimnya sebagai perlawanan bagi perusahaan industri pertahanan AS yang terlibat dalam melawan para demostran selama revolusi Mesir berlangsung.

Berita dilansir dari Presstv, Rabu (15/2) menyebutkan, pernyataan peretas diposting secara online pada Selasa (14/2). Para hacker mengklaim telah menyusup di situs Combined Systems Inc's. Para hacker juga mengumpulkan dan mempublikasi informasi pribadi tentang klien dan karyawan perusahaan, yang berbasis di Jamestown, Pennsylvania ini.

Gerakan anonim 'Hacktivist' ini mengatakan, perusahaan pertahanan AS dijalankan oleh mereka yang mencatut perang untuk alasan menjual senjata kimia kepada militer dan polisi di seluruh dunia. Kelompok ini menganggap industri militer AS telah memasok senjata yang digunakan untuk menindas gerakan-gerakan revolusioner anti AS dan sekutunya di Timur Tengah.

Menurut salah satu kantor berita Mesir, pemerintah AS telah mengekspor berton-ton gas air mata untuk meredakan revolusi yang terjadi di Mesir. Senjata itu pula yang saat ini digunakan oleh Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir (SCAF) untuk menindak pengunjuk rasa. 

Anonim 'Hacktivists' selama ini telah bertanggung jawab untuk meretas beberapa website yang mensupport kekerasan pada aktivis di Timur Tengah. 'Hacktivist' telah melakukan serangan cyber pada berbagai perusahaan, pemerintah, dan individu dalam beberapa tahun terakhir.

sumber : presstv
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement