REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga riset monitoring media The Founding Fathers House (FFH) memaparkan, perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih banyak tercurah untuk Partai Demokrat. Akibatnya, keberadaan partai yang didirikannya itu terkesan hanya menjadi beban.
Sekjen FFH Syahrial Nasution mengatakan bahwa berdasarkan hasil riset yang dilakukan lembaganya, komentar-komentar presiden di media lebih banyak menyasar persoalan internal Partai Demokrat. "Riset menunjukkan bahwa keberadaan Demokrat justru membebani konsentrasi presiden dalam menjalankan tugasnya. Seharusnya Demokrat ada untuk membantu tugas presiden selaku pendiri dan bukannya malah menjadi beban," ujarnya, Rabu (15/2).
Dikatakannya bahwa kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan terus terjadi. Elite Partai Demokrat seharusnya mampu menyelesaikan masalah tanpa harus membebani presiden. "Sayangnya yang terjadi tidak bisa begitu," ungkapnya.
Riset ini dilakukan sejak 17 Maret sampai 31 Desember 2011. Dalam analisisnya, FFH mengambil 43.300 materi publikasi dari enam media elektronik (TV), 11 media cetak, dan tujuh media online.
Di media cetak, SBY berkomentar seputar kasus Nazaruddin sebanyak 19 kali (6 persen), komentar soal KTT Asean tahun 2011 sebanyak 17 kali (5 persen). Sedangkan untuk reshuffle kabinet menempati peringkat terakhir sebanyak 13 kali (4 persen).
Untuk tayangan TV, sebanyak 22 tayangan presiden menyoal kasus Nazaruddin (19 persen). Sepuluh tayangan terkait perompak Somalia (4 persen). Sedangkan di media online, pernyataan SBY tentang kasus Nazaruddin tercatat sebanyak 22 artikel (19 persen), KTT Asean tahun 2011 sebanyak 18 kali (18 persen), dan Rakornas Demokrat sebanyak 18 artikel (18 persen).