REPUBLIKA.CO.ID,PAMEKASAN--Peneliti dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membawa sampel semburan lumpur di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan di Bandung untuk diteliti.
"Sampel itu sengaja dibawa untuk mengetahui kandungan zat berbahaya atau tidak dan hal itu hanya bisa diketahui dengan melakukan uji laboratorium," kata staf Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Lutfi, di Pamekasan, Rabu.
Lutfi menjelaskan, sebenarnya hasil penelitian sementara, berdasarkan wawancara dengan warga dan pemilik sumur bor, semburan di bekas sumur di halaman rumah warga bernama Abu Siri di Dusun Batolengkong, Desa Gugul, Kecamatan Tlanakan, itu tidak terlalu berbahaya.
Hanya saja, kata dia, semburan tersebut memang mengandung unsur gas, dan bisa terbakar, sehingga warga diharapkan tidak menyalakan korek api atau merokok di sekitar lokasi semburan.
"Tapi meski bisa terbakar, tidak terlalu peka kok. Tadi, kan sudah kita coba dengan mengambil uap gas lalu dibakar," terang Muhammad Lutfi.
Lutfi menjelaskan, telah menyarankan Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Pemkab Pamekasan agar sebaiknya memasang pipa di lokasi semburan gas tersebut, sehingga bau belerang yang keluar lokasi terbuang jauh.
"Keluhan masyarakat di dusun itu kan bau. Kami menyarankan tadi agar memasang pipa minimal tinggi dua meter lebih, sehingga bau belerang terbawa angin, dan tidak terlalu mengganggu lingkungan masyarakat yang ada disana," katanya menjelaskan.
Semburan di Dusun Batolengkong, Desa Gugul, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan terjadi di halaman rumah warga bernama Abu Siri di bekas sumur bor.
Semburan terjadi saat lumpur mencapai kedalaman 32 meter. Bentuk semburan sebelumnya berupa lumpur, bercampur air dan gas, serta berbau belerang. Namun sejak Selasa (14/2), semburan lumpur terhenti dan hanya berupa gas.