Kamis 16 Feb 2012 23:21 WIB

Hujjatul Islam: Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ulama Hadits Abad 20 (2)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Ulama hadits (ilustrasi)
Foto: Blogspot.com
Ulama hadits (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Namun, Syekh Al-Albani justru semakin menekuni dunia hadits. Pada perkembangan berikutnya, Al-Albani tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab. Karenanya, ia memanfaatkan Perpustakaan Az-Zhahiriyah di Damaskus.

Disamping juga meminjam buku dari beberapa perpustakaan khusus. Karena kesibukannya ini, ia sampai-sampai menutup kios reparasi jamnya. Ia tidak pernah beristirahat menelaah kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu shalat tiba.

Akhirnya, kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuknya. Bahkan kemudian ia diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, ia menjadi makin leluasa dan terbiasa datang sebelum pengunjung lain datang. Begitu pula, ketika orang lain pulang pada waktu shalat Dzuhur, ia justru pulang setelah shalat Isya. Hal ini dijalaninya selama bertahun-tahun.

Menulis dan Mengajar

Semasa hidupnya, Syekh Albani secara rutin mengisi sejumlah jadwal kajian yang dihadiri para penuntut ilmu dan dosen-dosen untuk membahas kitab-kitab. Dari sinilah kemudian ia banyak menulis karya ilmiah dalam bidang hadits, fikih dan akidah. Karya-karya ilmiahnya ini menjadikannya tokoh yang memiliki reputasi yang baik dan sebagai rujukan alim ulama.

Oleh karena itu, pihak Jami’ah Islamiyyah (Universitas Islam Madinah) meminta Albani untuk mengajar hadits dan ilmu-ilmu hadits di perguruan tinggi tersebut. Ia bertugas selama tiga tahun, dari 1381 H sampai 1383 H. Setelah itu ia pindah ke Yordania.

Pada tahun 1388 H, Departemen Pendidikan Yordania meminta Syekh Al-Albani untuk menjadi ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada program pasca sarjana di sebuah Perguruan Tinggi di Kerajaan Yordania.Tetapi situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan dia memenuhi permintaan itu.

Pada tahun 1395-1398 H, ia kembali ke Madinah untuk bertugas sebagai anggota Majelis Tinggi Jam'iyah Islamiyah di sana. Di negeri itu pula, Al-Albani mendapat penghargaan tertinggi dari kerajaan Arab Saudi berupa King Faisal Foundation atas jasa-jasanya dalam mengajarkan ilmu hadits pada tanggal 14 Dzulqa'idah 1419 H.

Sebelum berpulang, Syekh Al-Albani berwasiat agar perpustakaan pribadinya, baik berupa buku-buku yang sudah dicetak, buku-buku hasil fotokopi, manuskrip-manuskrip (yang ditulis olehnya ataupun orang lain) seluruhnya diserahkan kepada pihak Perpustakaan Jami'ah Islamiyyah.

Karya-karya Syekh Albani amat banyak, ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa manuskrip dan ada yang hilang. Jumlahnya sekitar 218 judul. Karya yang terkenal antara lain Dabuz-Zifaf fi As-Sunnah al-Muthahharah, Al-Ajwibah an-Nafi'ah 'ala as'ilah masjid al-Jami'ah, Silisilah al-Ahadits ash Shahihah, Silisilah al-Ahadits adh-Dha'ifah wal Maudhu'ah, At-Tawasul wa anwa'uhu, dan Ahkam Al-Jana'iz wa bida'uha.

Di samping itu, dia juga memiliki buku kumpulan ceramah, bantahan terhadap berbagai pemikiran sesat, dan buku berisi jawaban-jawaban tentang berbagai masalah yang yang dihadapi umat Islam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement