Jumat 24 Feb 2012 11:12 WIB

Ahmad Sumargono: Tertarik Ajaran Marhaen, Berkhidmat Jadi Aktivis Islam

Ahmad Sumargono
Ahmad Sumargono

REPUBLIKA.CO.ID, Usai Gogon menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMU), minatnya mulai berubah menjelang menjadi mahasiswa pada 1963. Ia sempat tertarik ajaran Marhaen dan hampir menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) kalau saja kantor GMNI di Pegangsaan tidak tutup.

Waktu itu mengikuti kuliah di dua Universitas dengan fakultas yang sama yaitu ekonomi. Gogon kuliah di Universitas Kristen Indonesia (UKI), dan Universitas Indonesia (UI) tahun 1963. Di UKI hanya sempat kuliah 1 semester, selebihnya ia mengikuti pendidikan tinggi itu di Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta sampai tamat.

Saat kuliah, para seniornya mengajak Gogon bergabung dalam organisasi ekstramahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dari dunia kemahasiswaan di HMI itula, Gogon mulai berkenalan dengan seniornya di antaranya Firdaus Wajdi, Eky Sahruddin, Fahmi Idris, Mar'i Muhammad, juga tokoh dan senior HMI yang rajin memberikan kursus-kursus politik yaitu Dahlan Ranuwihardjo.

Dari sinilah, Gogon mengalami babak baru dalam pemahamannya terhadap Islam, teologis-ubudiah, kini meluas kepada pemahaman Islam Ideologis-amaliah al muamalah, atau istilah penulis pemahaman holistik Islam. Aktivitas di lingkungan HMI pada masa itu lebih kepada social action. Gogon bergabung dengan HMI rayon Petojo, Grogol, dan Tomang (PGT).

Gogon telah masuk dalam perjuangan Islam secara ideologis. Ia memiliki kawan dekat yaitu Ridwan Saidi dan Mar'i Muhammad, para aktivis HMI dari kampus UI, dan ketiga orang ini dikenal dengan Trio sekawan. Ketiganya kemudian dipercayakan duduk di kepengurusan HMI pada tingkat pengurus besar di era kepemimpinan Sulartomo. Bedanya, kawan-kawan Gogon sempat menjabat pada tingkat teras kepemimpinan, sedangkan Gogon cukup di level departemen kader.

"Awal mula saya belajar soal politik Indonesia dari sahabat saya Mar'i Muhammad, seorang mahasiswa, aktivis HMI keturunan Arab,'' ujarnya. Darinya kemudian ia dikenalkan dengan tokoh mahasiswa tingkat nasional masa itu seperti David Napitupulu, Cosmas Batubara, Zamroni, Husni Tamrin yang dikenal kemudian sebagai tokoh mahasiswa angkatan '66' dalam wajah pergulatan pemuda dan mahasiswa di Indonesia. Kemudian Gogon melakukan pembinaan soal kepemimpinan, keorganisasian, keislaman dan masalah politik dengan belajar banyak pada Almarhum Mas Dahlan Ranuwihardjo SH, mantan Ketua PB HMI yang sangat mumpuni dan disegani.

Perjalanan hidup seseorang, bukan garis linear. Ia terkadang jalan berkelok, bagai lurah (lembah) kehidupan penuh terjal dan pendakian. Kehidupan seseorang dapat pindah dari satu ruang kehidupan yang satu ke yang ruang lain dan itu kemudian membentuk karakter sejarahnya sendiri. Demikian Gogon, selain ditempa di HMI dan kampus UI Salemba, juga terbina dalam aktivisme pengajian asuhan Ustaz Sobary. Ustaz Mohammad Sobary, bukanlah orang yang baru dimata Gogon, sebenarnya mereka tinggal bertetangga, akan tetapi intimitas itu dimulai ketika keluarga Ustaz Mohammad Sobary mengalami cobaan, istri beliau sakit, hingga kemudian dipanggil oleh Al Khalik.

''Saya kagum dengan Ustad Mohammad Sobary, ia menguasai ilmu agama yang luas, hafal Alquran (hafiz) dan menguasai empat bahasa yaitu Inggris, Prancis, Belanda dan bahasa Arab. Ia pernah tinggal di London-Inggris menyelesaikan pendidikan Masternya di bidang kepustakaan. Pengetahuannya diraih sebagian besar secara otodidak. Saya banyak berguru kepadanya,'' ujarnya.

Ustaz Mohammad Sobary selain berpengetahuan sangat luas, sebagai kiai, kepribadiaanya juga sangat mengagumkan ia seorang dermawan, rasa solidernya tinggi terhadap siapapun termasuk Gogon. Kiai Sobari juga orang yang khusyuk dalam shalatnya tidak jarang beliau menitikkan air matanya ketika shalat. Kekaguman dan kedekatan Gogon itu mengantarkannya aktif bersama-sama di organisasi Al-Irsyad. Kyai Sobary pernah menjabat sebagai Ketua Umum dan Gogon sebagai Sekretaris Umum diorganisasi tersebut, ini sekitar tahun 1980-an.

Awalnya Gogon turut membina akivitas masjid sebagai ketua remaja Masjid Nurul Ala Nurin di kawasan Petojo. Di sini Gogon dan kalangan remaja lainnya selalu mengadakan kegiatan pengajian-ceramah setiap hari Jumat dan Ahad, atau dua kali dalam satu minggu. Gogon yang telah tertempa di organisasi HMI dan organisasi kampus, mampu memainkan peran kepemimpinannya di lingkungan tempat tinggalnya melalui lembaga masjid.

Di Masjid ini, ia sering mengundang tokoh-tokoh Islam, kalangan ulama maupun cendiekiawan, khususya dari kalangan Masyumi seperti DR Mohammad Natsir, Pro DR Hamka, Buya Sutan Mansur, Buya Malik Ahmad, DR Mahmudin Sudin dan banyak lainnya. Sosialisasi yang intens ini semakin mendekatkan cara berfikir dan berjuang sebagaimana kalangan tokoh Islam itu. Islam bagi Gogon telah menjadi pandangan dan cita cara berjuang hidup.

Perlu diketahui bahwa pada masa mahasiswa, untuk biaya kuliah Gogon berasal dari pamannya, sewaktu masih di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Masa dibangku kuliah juga telah terlibat dalam aktivitas keorganisasian mahasiswa untuk kegiatan dibidang mengelola lembaga pers Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), dan aktif di Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam sebagai staf Biro kader PB HMI.

sumber : ahmadsumargono,net
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement