REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Masyarakat dan Pemerintah Afghanistan menginginkan agar NATO segera mengadili tentara si pembakar Alquran. Pernyataan itu disampaikan Kantor Kepresidenan Afganistan, yang dilansir dalam Presstv, Jumat (24/2).
"Pejabat NATO, sebagai tanggapan atas permintaan maaf, kami meminta penghukuman bagi tentara penjahat ini. Dan kami meminta pengadilan secepat mungkin," demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor presiden Afganistan, Kamis (23/2).
Jawaban itu muncul setelah sebelumnya Presiden Afghanistan Hamid Karzai telah menuduh seorang perwira AS yang membakar Alquran dengan sebutan 'bodoh'. Pernyataan presiden mengatakan bahwa petugas Amerika telah bertindak bodoh dan dengan pemahaman yang buruk akan pentingnya Al Qur'an bagi umat Islam dan masyarakat Afganistan.
Presiden AS Barack Obama telah mengirim surat kepada Karzai dan meminta maaf atas tindakan penodaan ini. Juru bicara Gedung Putih, Tommy Vietor, mengatakan bahwa surat tersebut telah diserahterimakan kepada Karzai oleh Duta Besar AS untuk Kabul, Ryan Crocker.
Obama mengatakan kepada Karzai bahwa insiden, yang telah memicu protes umat Islam dunia terhadap AS dan NATO di Afghanistan, tidak disengaja, kata Vietor, dalam surat itu. Obama juga menyatakan penyesalannya atas insiden di mana sumber ajaran Islam telah terjadi salah penanganan di Pangkalan militer Bagram.
Sedikitnya 20 warga Afghanistan telah tewas sebagai akibat dari tindakan protes yang dilakukan kemarin. AS mengusir para protestan anarkis di sekitar pangkalan udaranya di Bagram.