REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Pertahanan menyatakan rencana pembelian sekitar 100 unit Main Battle Tank (MBT) jenis 'Leopard 2A6' masih dinegosiasikan dengan pihak Belanda.
"Kita masih negosiasikan, belum ada keputusan final," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Senin (27/2).
Ia menambahkan, sambil terus melakukan negosiasi Pemerintah Indonesia juga melakukan penjajakan ke beberapa negara lain untuk pengadaan 'Leopard', antara lain Jerman.
"Kami juga melakukan langkah-langkah antisipasi dengan mencari alternatif ke beberapa negara," kata Hartind.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan Indonesia membutuhkan main battle tank atau tank berat seperti Leopard yang direncanakan akan dibeli dari Belanda.
"Kami percaya, negara yang kuat harus memiliki sistem pertahanan yang kuat. Di negara maju mana pun, ketika ekonomi membaik, sistem pertahanannya pasti meningkat," katanya.
Rencana pembelian tank Leopard mendapat penolakan tidak saja di dalam negeri tetapi juga di Belanda, sebagai negara penjual.
Di dalam negeri, beberapa anggota Komisi I DPR menolak rencana itu. DPR menilai spesifikasi tank Leopard tak cocok dengan kondisi medan Indonesia. Sejumlah kalangan menilai Leopard tidak cocok untuk kontur geografis Indonesia.
Parlemen Belanda tidak setuju atas rencana Pemerintah Belanda menjual tank ke Indonesia. Alasan yang disebut dalam mosi adalah tentara Indonesia "pernah melanggar HAM di Aceh, Timor Timur, dan Papua Barat."
Atas kontroversi itu tim teknis Kementerian Pertahanan telah berangkat ke Belanda untuk melihat langsung kondisi tank berat dimaksud, kesesuaian harga dan negosiasi secara politik.