Selasa 28 Feb 2012 15:20 WIB

Ruangan Sutan Bhatoegana Diacak-acak Orang tak Dikenal

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Hafidz Muftisany
Sutan Bhatoegana
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Sutan Bhatoegana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Di tengah berbagai masalah internal yang dihadapi, Partai Demokrat kembali mendapat tekanan. Kali ini, giliran Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana.

Selasa (28/2) siang, ruang kerja Sutan yang ada di lantai sembilan gedung Nusantara I DPR diacak-acak oleh dua orang. Menurut petugas keamanan ruangan fraksi Partai Demokrat, salah satunya mengaku bernama Hasyim.

''Satunya ngaku bernama Hasyim. Satu lagi saya tidak tahu siapa,'' katanya.

Ketika Republika memeriksa ruangan bernomor 905 tersebut, telah ditutup. Wartawan pun tidak diperbolehkan untuk masuk dan melihat kondisi ruangan itu secara langsung.

Ketika dikonfirmasi, Sutan mengakui kalau ada orang yang mengacak-acak ruangannya. Ia menjelaskan, kepastian itu diperoleh dari staf khususnya yang bernama Kiki.

''Ya sudah, buat apa juga saya ke atas. Staf saya pun membiarkan ruangan apa adanya. Kalau saya ke atas saya takut meninggalkan finger print,'' jelasnya ketika ditemui di ruang Komisi VII DPR.

Berdasarkan informasi Kiki, jelasnya, ada orang yang datang dan marah-marah di ruangannya. Sambil marah-marah, dua orang tersebut terus mencari Sutan sambil mengacak-acak komputer yang ada di ruangan itu.

Setelah itu, baru kemudian pamdal melakukan pengamanan setelah orang tersebut berusaha lari. ''Cuma itu saja. Lalu saya tanya sekarang bagaimana keadaannya. Dikatakan dibiarkan biar nanti diproses,'' paparnya.

Sutan mengaku mengenal nama Hasyim yang dikatakan Kiki merupakan salah satu orang yang mengacak-acak ruangan. Yaitu, Hasyim yang merupakan adik dari M Nazaruddin, terdakwa kasus wisma atlet.

Namun, dengan Hasyim adik Nazaruddin, ia mengaku tidak memiliki satu masalah pun. ''Pokoknya dari staf saya hanya bilang Hasyim. Tidak tahu Hasyim yang mana. Kalau Hasyim adik Nazar saya kenal. Tapi saya tidak tahu apa yang ke ruangan saya itu Hasyim adiknya Nazar atau lain,'' tegas dia.

Ia pun tidak dapat mengira dan tidak mau berasumsi mengenai apa yang menjadi motif kejadian itu. ''Nanti saya ke sana. Saya tidak mengerti apa-apa. Tidak khawatir juga terhadap barang-barang karena saya juga jarang ke atas.''

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement